Perkembangan Invasi Rusia: Italia Usir 30 Diplomat Rusia
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Italia menyusul beberapa negara Eropa lain mengatakan Italia telah mengusir 30 diplomat Rusia.
Pengumuman pada hari Selasa (5/4) itu diikuti pengusiran oleh beberapa negara Eropa lainnya. Jerman mengatakan pada hari Senin bahwa mereka mengusir 40 orang Rusia dengan status diplomatic, dan Prancis mengusir 35 orang.
Menteri Dalam Negeri Jerman mengatakan pihak berwenang mengaitkan mereka yang diusir berasal dari dinas intelijen Rusia. Dan Denmark mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka mengusir 15 perwira intelijen Rusia yang bekerja di Kedutaan Besar Rusia di Kopenhagen.
Berikut ini perkembangan lain terkait invasi Rusia di Ukraina:
Rusia Tembaki Kapal Sipil di Pelabuhan Mariupol
KIEV, Ukraina mengatakan sebuah kapal sipil tenggelam di pelabuhan kota Mariupol yang terkepung setelah pasukan Rusia menembakinya.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa (5/4) bahwa kapal itu dihantam saat "penembakan dari laut" oleh Rusia, menyebabkan kebakaran di ruang mesin. Para kru diselamatkan, termasuk satu anggota kru yang terluka, tambahnya.
Kementerian mengatakan kapal itu mengibarkan bendera Republik Dominika dan memposting gambar kapal kargo. Namun tidak merinci berapa banyak orang yang ada di kapal atau kebangsaan anggota kru.
Pasukan Rusia telah membombardir Mariupol selama berminggu-minggu ketika mereka mencoba untuk memperketat kendali atas garis pantai tenggara Ukraina.
Sementara itu, Ursula von der Leyen, presiden Komisi eksekutif Uni Eropa, akan melakukan perjalanan ke Kiev pekan ini untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Juru bicaranya, Eric Mamer, mengatakan Selasa bahwa perjalanannya akan dilakukan menjelang pertemuan janji khusus di Warsawa selama akhir pekan. Ini adalah perjalanan tingkat tinggi kedua oleh pejabat UE. Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola pergi ke Ukraina pekan lalu.
27 Negara Uni Eropa Bertekad Bulat Jatuhkan Sanksi Baru ke Rusia
BRUSSELS, Menteri keuangan Prancis mengatakan ada “kebulatan tekad” di antara 27 negara anggota Uni Eropa untuk memperkuat sanksi terhadap Rusia setelah bukti pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil Ukraina muncul.
Bruno Le Maire, yang negaranya saat ini menjabat sebagai presiden Uni Eropa, berbicara menjelang pertemuan para menteri keuangan hari Selasa di mana kemungkinan langkah-langkah baru akan dibahas.
Le Maire mencatat bahwa Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah menjelaskan bahwa dia terbuka untuk memperpanjang sanksi terhadap batu bara dan minyak. Dia menambahkan: “Kami akan melihat bagaimana posisi negara-negara anggota lainnya, tetapi saya pikir ada kemungkinan untuk menyatukan 27 negara anggota mengenai sanksi baru ini.”
Sanksi UE yang dikenakan pada Rusia setelah invasinya ke Ukraina pada 24 Februari telah menghantam banyak sektor ekonomi negara itu, tetapi blok itu sejauh ini telah menghindari sanksi yang akan melemahkan pasokan energi Rusia.
Koridor Kemanusiaan Dibuka di Mariupol, Ukraina
LVIV, Tujuh koridor kemanusiaan akan dibuka pada Selasa, termasuk dari kota pelabuhan Mariupol yang terkepung dan Berdyansk yang dikuasai Rusia, kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, di aplikasi perpesanan Telegram.
Menurut posting Vereshchuk, penduduk Mariupol dan Berdyansk akan dapat pergi ke Zaporizhzhia dengan transportasi mereka sendiri. Koridor juga akan dibuka dari kota Tokmak di wilayah Zaporizhzhia dan kota Severodonetsk, Lysychansk, Popasna dan Hirske di wilayah Luhansk.
Vereshchuk mengatakan di pos yang sama bahwa pasukan Rusia “tidak mengizinkan siapa pun memasuki Mariupol,” dan bahwa Rusia “memblokir perwakilan Komite Internasional Palang Merah” di pemukiman Manhush di sebelah barat Mariupol.
Vereshchuk mengatakan bahwa, setelah negosiasi, perwakilan Palang Merah “dibebaskan pada malam hari dan dikirim ke Zaporizhzhia.”
Tidak segera jelas dari pernyataan Vereshchuk apakah Rusia telah setuju untuk menghentikan pertempuran di sepanjang koridor yang diumumkan. Beberapa upaya Ukraina untuk mengevakuasi warga sipil melalui koridor kemanusiaan sebelumnya gagal karena pertempuran di sepanjang jalan mereka terus berlanjut meskipun ada kesepakatan dengan Rusia.
Ukraina Rebut Kembali Sejumlah Wilayah
LONDON, Para pejabat pertahanan Inggris mengatakan pasukan Ukraina telah merebut kembali lebih banyak wilayah ketika pasukan Rusia terus mundur di utara Ukraina.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Ukraina “telah merebut kembali medan utama” setelah memaksa unit Rusia mundur ke utara Kiev dan di sekitar kota utara Chernihiv. Kementerian mengatakan “pertempuran tingkat rendah kemungkinan akan berlanjut di beberapa bagian wilayah yang baru direbut kembali, tetapi berkurang secara signifikan selama pekan ini karena sisa pasukan Rusia mundur.”
Dalam pembaruan intelijen yang diposting online, Inggris mengatakan banyak unit Rusia “kemungkinan memerlukan peralatan ulang dan perbaikan yang signifikan sebelum tersedia untuk digunakan kembali untuk operasi di Ukraina timur.”
Pejabat Ukraina dan Barat mengatakan Rusia memfokuskan kembali serangannya di wilayah Donbas di Ukraina timur.
Pejabat Jerman Aku Kesalahan dalam Kebijakan terhadap Rusia
BERLIN, Presiden Jerman mengakui kesalahan dalam kebijakan terhadap Rusia dalam pekerjaan sebelumnya sebagai menteri luar negeri.
Presiden Frank-Walter Steinmeier menjabat dua kali sebagai menteri luar negeri Kanselir Angela Merkel, terakhir dari tahun 2013 hingga tahun2017, dan sebelumnya sebagai kepala staf mantan Kanselir Gerhard Schroeder. Pada saat itu, Jerman melakukan dialog dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan memupuk hubungan energi yang erat.
Steinmeier mengatakan kepada televisi ZDF, hari Selasa (5/4) bahwa "kami gagal dalam banyak hal," termasuk upaya untuk mendorong Rusia menuju demokrasi dan menghormati hak asasi manusia.
Presiden mengakui bahwa "ada penilaian yang berbeda" dari Rusia di antara negara-negara Eropa. Dia menambahkan: “Memang benar bahwa kita seharusnya menanggapi peringatan mitra Eropa timur kita dengan lebih serius, terutama mengenai waktu setelah tahun 2014” dan pembangunan pipa gas Nord Stream 2.
Berpegang teguh pada proyek itu adalah kesalahan yang merugikan Jerman "banyak kredit dan kredibilitas" di Eropa timur, katanya. Kanselir Olaf Scholz menangguhkan pipa pada pekan ketika Rusia menginvasi Ukraina.
Rusia Sedang Menyusun Kambali Pasukan untuk Serang Donbas
LVIV, Staf Umum Ukraina melaporkan pada hari Selasa (5/4) pagi bahwa Rusia sedang menyusun kembali pasukannya dan mempersiapkan serangan di Donbas.
“Tujuannya adalah untuk membangun kontrol penuh atas wilayah wilayah Donetsk dan Luhansk,” kata pembaruan informasi yang diposting di halaman Facebook Staf Umum.
Di wilayah Donetsk dan Luhansk, militer Rusia memfokuskan upaya mereka untuk menguasai kota-kota Popasna dan Rubizhne, serta membangun kendali penuh atas Mariupol, kata Staf Umum. Kota-kota dan pemukiman lain di kedua wilayah tersebut akan terus mengalami penembakan.
Pasukan Rusia juga terus memblokir Kharkiv, menurut Staf Umum.
Invasi Rusia di Ukraina Perlambat Ekonomi Asia, Maningkatkan Kemiskinan
BANGKOK, Sebuah laporan oleh Bank Dunia mengatakan gangguan pasokan komoditas, ketegangan keuangan dan harga yang lebih tinggi adalah salah satu kejutan dari perang di Ukraina yang akan memperlambat ekonomi di Asia dalam beberapa bulan mendatang.
Laporan dirilis hari Selasa (5/4) memperkirakan pertumbuhan yang lebih lambat dan meningkatnya kemiskinan di kawasan Asia-Pasifik tahun ini. Pertumbuhan untuk wilayah ini diperkirakan sebesar 5%, turun dari perkiraan awal sebesar 5,4%. Ini mengantisipasi bahwa China, ekonomi terbesar di kawasan itu, akan berkembang pada kecepatan 5%.
Laporan itu mengatakan "berbagai guncangan" menambah masalah bagi orang-orang dan bisnis dan bahwa pemerintah yang keuangannya telah diregangkan oleh pandemi memiliki kapasitas yang lebih kecil untuk membantu.
PBB Serukan Rusia Hentikan Penggunaan Ranjau Darat
PBB, Seorang pejabat tinggi dalam kampanye global menentang penggunaan ranjau darat mendesak Rusia untuk menghentikan penggunaan senjata ini di Ukraina yang terlalu sering membunuh dan melukai warga sipil.
Alicia Arango Olmos, duta besar Kolombia untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Jenewa dan tahun ini presiden negara-negara pihak pada konvensi 1997 yang melarang produksi dan penggunaan ranjau darat, menyatakan keprihatinan mendalam atas laporan media bahwa Rusia menggunakan ranjau darat dalam perangnya di Ukraina.
Dia menunjuk Human Rights Watch (HRW) yang mengatakan pada 29 Maret bahwa teknisi penjinak senjata peledak Ukraina menemukan ranjau anti-personil terlarang di wilayah Kharkiv timur sehari sebelumnya.
Kelompok hak asasi mengatakan Rusia diketahui memiliki jenis ranjau yang ditemukan, tetapi Ukraina tidak memilikinya.
Arango Olmos mengatakan pada konferensi pers hari Senin (4/4) bahwa Ukraina adalah salah satu dari 164 negara pihak dalam konvensi, tetapi Rusia tidak.
Hari Senin tanggal 4 April adalah Hari Internasional untuk Kesadaran Ranjau dan Bantuan dalam Pekerjaan Ranjau. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...