Perkembangan MRT Kawasan Sudirman

Proses pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jalan Jenderal Sudirman tahap proses penggalian struktur tanah yang rencananya akan dibuat jalur terowongan dengan menggunakan alat bor khusus atau Tunnel Boring Machine (TBM) didatangkan dari luar negeri yang targetnya pada bulan Juni ini tiba di Jakarta, Senin (30/3) (Foto-foto: Dedy Istanto).

Sejumlah alat berat yang berada di lokasi pembangunan MRT Jalan Jenderal Sudirman yang rencananya akan dibuat jalur terowongan bawah tanah menggunakan alat Tunnel Boring Machine (TBM) yang didatangkan dari luar negeri pada bulan Juni mendatang.

Kondisi lokasi pembangunan MRT dari Jalan Jenderal Sudirman tampak dari atas yang sudah masuk dalam tahap penggalian struktur tanah untuk jalur terowongan bawah tanah.

Pembangunan MRT Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan tampak dari atas yang sudah masuk tahap penggalian struktur tanah untuk jalur terowongan yang akan menggunakan alat Tunnel Boring Machine (TBM) yang didatangkan dari luar negeri.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jalan Jenderal Sudirman sekarang di tahap penggalian stasiun bawah tanah. Pengerjaan penggalian tengah berlangsung untuk menahan struktur tanah yang berada di kedalaman sekitar 14 meter yang rencananya untuk jalur terowongan, Senin (30/3).

Rencananya proses pengerjaan penggalian untuk jalur terowongan ini akan menggunakan alat bor khusus atau Tunnel Boring Machine (TBM) didatangkan dari luar negeri yang targetnya tiba di Jakarta sekitar bulan Juni tahun ini.

Proses pengeboran menggunakan TBM rencananya mulai dilakukan kawasan bundaran Patung Pemuda, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan sampai arah Utara atau menuju arah Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Proyek MRT tahap pertama yang ditarget rampung tahun 2018, saat ini perlahan sudah terlihat perkembangannya. Mulai dari kawasan bundaran Tugu Selamat Datang sampai dengan kawasan Lebak Bulus rencananya akan ada 13 stasiun, terbagi tujuh stasiun merupakan stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja