Permintaan SUN Tinggi, Akhir Pekan Rupiah Naik Tipis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Jumat pagi Rp 11.882 per dolar AS, menguat tipis dibanding pada pembukaan awal pekan atau Senin (30/6) sebesar Rp 11.985.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan tingginya permintaan terhadap Surat Utang Negara (SUN) perdana berdenominasi euro menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan nilai rupiah.
Namun, ia mengatakan, sentimen di dalam negeri menjelang pemilihan presiden membuat sebagian pelaku pasar keuangan cenderung memilih untuk menahan diri.
Selain itu, lanjut dia, data pertumbuhan lapangan kerja Amerika Serikat juga akan mempengaruhi nilai tukar rupiah ke dolar AS.
"Penguatan mata uang domestik diperkirakan terbatas menyusul data AS yang menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja, membaiknya data AS itu dapat mendorong penguatan dolar AS," katanya.
Sementara analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong memperkirakan defisit neraca perdagangan Indonesia masih menjadi penahan laju penguatan nilai rupiah.
"Pelaku pasar uang masih mengkhawatirkan kinerja neraca perdagangan Indonesia," katanya.
Ia menambahkan, harga minyak mentah dunia yang masih berpotensi menguat dapat menambah kekhawatiran pasar terhadap perbaikan kinerja neraca perdagangan Indonesia.
Di samping itu, menurut dia, kinerja rupiah juga masih terbebani oleh ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat tahun ini setelah kenaikan tarif dasar listrik serta peningkatan harga bahan pokok menjelang Hari Raya Lebaran.
IHSG
Sedangkan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat ditutup menguat sebesar 17,09 poin atau 0,35 persen dari kemarin hari Kamis ke posisi 4.905,82.
Sementara itu, indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 3,48 poin (0,42 persen) ke level 829,28.
"Stabilitas rupiah dan pandangan positif Fitch rating terhadap ekonomi Indonesia menjadi sentimen positif bagi IHSG," kata Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah di Jakarta, Jumat (4/7).
Menurut dia, Fitch rating memandang Indonesia masih sebagai negara yang layak investasi di tengah perlambatan ekonomi global.
"Penilaian Fitch rating atas obligasi Indonesia berdenominasi euro di peringkat BBB- (triple B minus) juga akan menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar saham," katanya.
Menurut siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan mengemukakan pemerintah untuk pertama kalinya menjual obligasi atau Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing berdenominasi euro seri RIEURO721 sebesar satu miliar euro.
Penerbitan obligasi valuta asing dilakukan sebagai bagian dari strategi diversifikasi sumber-sumber pembiayaan dan perluasan basis investor global.
Tercatat transaksi perdagangan saham di pasar reguler BEI sebanyak 158.321 kali dengan volume mencapai 5,8 miliar lembar saham senilai Rp 5,6 triliun. Efek yang mengalami kenaikan sebanyak 166 saham, yang melemah 116 saham, dan yang tidak bergerak 104 saham.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng menguat 14,92 poin (0,06 persen) ke level 23.546,36, indeks Nikkei naik 88,84 poin (0,58 persen) ke level 15.437,13 dan Straits Times menguat 3,01 poin (0,09 persen) ke posisi 3.275,48. (Ant)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...