Pertama Kalinya Pidato Obama Disiarkan Langsung TV Iran
TEHERAN, SATUHARAPAN.COM - Di luar dugaan banyak pihak, untuk pertama kalinya sejak revolusi Iran pada tahun 1979 pidato presiden AS disiarkan langsung oleh televisi pemerintah Iran untuk disaksikan oleh rakyatnya.
Presiden AS, Barack Obama, dari Rose Garden di Gedung Putih, Washington, berpidato melalui televisi, menyambut tercapainya 'kesepakatan' perundingan nuklir dengan Iran di Lausanne, Swiss, pada hari Kamis (2/4) waktu setempat. Sementara di jalan-jalan Teheran orang-orang bersorak dan membunyikan klakson kendaraan, membayangkan hidup tanpa sanksi ekonomi dari negara-negara Barat, kendati kesepakatan final dari perundingan itu masih harus dirumuskan untuk menjadi perjanjian final yang mengikat, yang rencananya akan ditanda-tangani pada akhir Juni mendatang.
"Hari ini, Amerika Serikat bersama sekutu dan mitranya, telah mencapai kesepakatan bersejarah dengan Iran. Jika diterapkan sepenuhnya, itu akan mencegah kita mendapatkan senjata nuklir," kata Presiden Barack Obama, dalam pidatonya, sebagaimana dikutip oleh Reuters. Kesepakatan yang dimaksud sadalah kesepakatan yang dibuat bersama oleh Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, Rusia, dan Iran.
Setelah perundingan yang alot selama delapan hari di Swiss, kesepakatan dicapai dalam bentuk garis-garis besar, dimana Iran akan menutup pusat-pusat produksi uranium yang bisa digunakan untuk membangun bom, sama halnya dengan akan dibongkarnya reaktor-reaktor yang bisa menghasilkan plutonium. Kesepakatan ini akan berlangsung setidaknya selama satu dekade ke depan.
Walau masih banyak rincian kesepakatan yang belum jelas dan mereka yang skeptis mempertanyakan substansi perundingan, para pemimpin yang terlibat dalam perundingan telah menyatakan optimisme mereka yang tinggi, lewat akun twitter masing-masing beberapa saat seusai perundingan usai.
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, menulis "Jalan ke luar ditemukan, siap untuk segera menyusun rancangan."
Lalu Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier, berkicau, bahwa "Kesepakatan kerangka kerja untuk kesepakatan akhir dicapai."
Menlu AS, John Kerry, berkata, "Hari yang besar... Kembali bekerja untuk kesepakatan akhir."
Enam pihak yang berunding dengan Iran yang disebut juga P5 + 1 yang terdiri dari lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PPB dan Jerman, dalam pertemuan di Lausanne menjalankan misi diplomasi untuk menjamin agar pemerintah Teheran tidak mengembangkan senjata nuklir. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi kepada negara itu ditarik.
"Kerangka kerja ini akan memutus semua jalan yang bisa diambil Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Iran akan menghadapi pembatasan tegas dalam programnya dan Iran juga sepakat untuk pemeriksaan paling keras serta masuk ke dalam dan transparan sepanjang sejarah perundingan nuklir," kata Obama dalam pidatonya.
Menurut laporan New York Times, berdasarkan kesepakatan itu, Iran setuju untuk mengurangi jumlah sentrifugal operasi nuklir mereka sebesar dua pertiga dari yang ada selama ini, menjadi 5.060 buah, yang kesemuanya adalah generasi pertama. Iran juga setuju untuk memangkas jumlah persediaan uranium dari sekitar 10.000 kilogram saat ini menjadi 300 kg dalam 15 tahun .
Sebuah deskripsi dari perunding AS mengenai kesepakatan tersebut mengatakan bahwa Iran juga bersedia mengizinkan fasilitas nuklirnya diperiksa di kota mana pun di negara itu, dan bersedia diinvestigasi apabila ada tempat-tempat yang mencurigakan. Meskipun demikian, pihak perunding AS mengakui bahwa mekanisme bagaimana mengatasi bila ada sengketa, belum dapat dijelaskan.
Optimisme yang tercium kuat dari Lausanne dan dari Gedung Putih, sayangnya masih harus berhadapan dengan sikap skeptis di dalam negeri masing-masing kedua negara. Dan ini merupakan tantangan berikutnya dari kesepakatan yang dicapai. Ketua DPR AS, John Boehner mengatakan kesepakatan Lausanne meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Lebih jauh, Obama harus bekerja keras meyakinkan anggota Kongres untuk tidak meneruskan pembahasan UU baru untuk mensahkan sanski tambahan bagi Iran.
Di sisi lain, Menlu Iran juga harus dapat mengatasi keberatan dari pihak militer Iran dan para cendekiawan konservatif mereka, karena kesepakatan ini akan memaksa negara itu mengurangi jumlah sentrifugal pengayaan uranium dalam tingkat yang sangat besar. Meskipun demikian, Zarif setidaknya dapat mengatakan adanya kemenangan bagi Iran, dalam bentuk tak ada tuntutan untuk menutup satu pun fasilitas nuklir mereka, yang sebelumnya dituntut dengan sangat oleh AS.
Faktor kunci pada tahap ini hingga Juni nanti ada pada Presiden Obama dan Presiden Iran, Hassan Rouhani, yang dalam platform-nya ketika terpilih jadi presiden Iran, misinya adalah untuk mengakhiri sanksi. Baik Obama maupun Rouhani, memiliki tugas yang sama, yakni meyakinkan pihak-pihak yang skeptis di dalam negeri.
Sementara itu pada hari Kamis (2/4) Presiden Barack Obama menelepon Raja Salman Arab Saudi, untuk mengundang para pemimpin Arab bertemu di Camp David membicarakan kesepakatan nuklir dengan Iran. Obama juga menelepon Perdana Menteri ISrael, Benjamin Netanyahu dan mengatakan, kendati kesepakatan yang dicapai belum final, tetapi kesepakatan itu mencerminkan kemajuan yang signifikan untuk menapai solusi komprehensif dalam memangkas upaya Iran untuk membuat bom nuklir.
Editor : Eben Ezer Siadari
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...