Pertama, Produksi Opium Afganistan Turun
KABUL, SATUHARAPAN.COM – Untuk pertama kali sejak 2009 luas wilayah produksi opium di Afganistan menurun. Menurut laporan survei Kementerian Anti Narkotika Afganistan bersama badan PBB untuk Narkotika dan Kejahatan (UNODC), produksi opium di negeri itu turun 19 persen tahun ini.
Kementerian itu dan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menyebutkan bahwa budi daya opium di Afganistan sekitar 183.000 hektare, turun dari 224.000 hektare pada tahun 2014.
"Saya berharap survei ini akan berguna menginformasi kebijakan dan upaya untuk mencapai hasil yang dilakukan dengan susah payah," kata Direktur Eksekutif UNODC, Yury Fedotov ,dalam siaran pers hari Rabu (14/10).
Namun, kata dia, hasil itu bergantung pada tekad pemerintah Afganistan dan masyarakat internasional untuk mengatasi ancaman nakotika bagi umat manusia.
BACA JUGA:
- Produksi Opium Afganistan Mencapai Rekor Tertinggi
- PBB : Perlu Tanaman Alternatif Atasi Produksi Narkoba
- UNODC : Opium di Afganistan Masalah Serius
- PBB : Opium Afghanistan Capai Titik Tertinggi di Tahun 2013
Survei itu mencatat bahwa tahun 2015 ini Afganistan berpotensi memproduksi opium sampai 3.300 ton, dan diperkirakan menurun 48 persen dari produksi tahun 2014 (6.400 ton). Hasil opium negeri itu rata-rata 18,3 kilogram per hektare atau 36 persen lebih rendah dari tahun 2014 (28,7 kilogram per hektare).
Namun dermikian, jumlah provinsi yang bebas opium atau poppy menurun. Provinsi Balkh yang bebas opium tahun 2014, tahun ini wilayah di Afganistan utara itu kembali menjadi provinsi penghasil opium.
Sementara itu, UNODC melaporkan bahwa provinsi Hilmand, dengan lahan produksi seluas 86.400 hektare (47 persen dari total nasional), tetap sebagai provinsi budi daya opium terbesar negara yang terus dilanda perang ini.
Pada urutan kedua adalah Provinsi Farah (21.106 hektare), Kandahar (21.020 hektare), dan Badghis (12.391 hektare). Survei menunjukkan penurunan produksi di Provinsi Nangarhar (45 persen), Nimroz (40 persen) dan Kandahar (38) persen. Namun ada kenaikan di Provinsi Badghis (117 persen) dan Uruzgan (22 persen).
Teknologi pemantau PBB untuk opium di Afganistan telah lebih maju dan perkiraan itu makin akurat. Wilayah selatan negeri itu tetap merupakan produsen utama opium (58 persen atau sekitar 1.900 metrik ton), wilayah barat di urutan kedua (22 persen atau 720 metrik ton), dan wilayah timur 13 persen atau 450 metrik ton. Sementara wilayah utara dan tengah masing-masing kurang dari delapan persen.
Upaya pemberantasan opium oleh pemerintah dan badan PBB di Afganistan secara kolektif meningkat 40 persen, sehingga luasan produksi turun menjadi 2.700 hektare dari 3.760 hektare pada tahun 2014.
Dalam serangan pemberantasan, jatuhnya korban juga menurun. Tahun 2015, lima orang meninggal dan 18 orang luka-luka , sementara tahun 2014, sebanyak 13 orang meninggal dan 26 orang luka-luka. (un.org)
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...