Pertempuran di Sudan, Televisi Negara Hentikan Siaran
Staf badan PBB di Sudan jadi korban pertempuran.
KHARTOUMJ, SATUHARAPAN.COM-Televisi negara Sudan menghentikan siarannya pada hari Minggu (16/4) sore, sebuah langkah yang menurut karyawan bertujuan untuk mencegah penyiaran propaganda oleh pasukan paramiliter yang memerangi tentara untuk menguasai ibu kota.
Pasukan Pendukung Cepat (RSF) paramiliter mengatakan telah menguasai TV negara dan fasilitas strategis lainnya saat pertempuran meletus di sekitar Khartoum pada hari Sabtu, klaim yang dibantah oleh tentara. Pada hari Minggu, tentara tampaknya lebih unggul dalam pertempuran di Khartoum.
Pegawai media pemerintah, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pihak berwenang telah memutus sinyal siaran setelah RSF memasuki gedung penyiaran utama negara di Omdurman, di seberang Sungai Nil dari Khartoum, dan menggunakan jaringan radio untuk menyiarkan program yang menguntungkan RSF.
Wartawan Reuters di Khartoum dan beberapa kota lain di luar negeri mengatakan transmisi di saluran TV utama negara menjadi kosong pada hari Minggu setelah berjam-jam mengulang materi yang direkam. Radio negara juga diputus.
Beberapa Staf PBB Terbunuh
Sementara itu, Prancis menyatakan "kecemasan" pada hari Minggu atas pembunuhan beberapa pekerja PBB di Sudan saat kekerasan meningkat, merenggut puluhan nyawa termasuk warga sipil.
"(Paris) menegaskan kembali seruannya untuk melakukan segala upaya untuk menghentikan pertempuran dan mencegah eskalasi apa pun," kata kementerian luar negeri Prancis dalam sebuah pernyataan, menyerukan perlindungan dan penghormatan terhadap personel kemanusiaan.
Badan pangan PBB pada Minggu mengatakan pihaknya menangguhkan pekerjaan di Sudan setelah tiga staf tewas di wilayah Darfur yang bergolak.
Pertempuran di Sudan berkecamuk untuk hari kedua pada hari Minggu dalam pertempuran antara jenderal-jenderal yang saling bersaing yang merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021.
Setidaknya 56 warga sipil, termasuk staf PBB, telah tewas dan ada "puluhan kematian" di antara pasukan keamanan, menurut Komite Pusat Dokter Sudan.
“Saya terkejut dan patah hati atas kematian tragis tiga karyawan WFP (Program Pangan Dunia) pada Sabtu 15 April dalam kekerasan di Kabkabiya, Darfur Utara saat menjalankan tugas penyelamatan hidup mereka di garis depan krisis kelaparan global,” kata Cindy McCain, direktur eksekutif WFP dalam sebuah pernyataan.
“Sementara kami meninjau situasi keamanan yang berkembang, kami terpaksa menghentikan sementara semua operasi di Sudan,” katanya. (AFP/Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...