Pertumbuhan Ekonomi Global dan Nasional, Salah Satu Sorotan BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kinerja ekonomi global yang menunjukkan risiko perlambatan pertumbuhan dan ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi. Ini memberi dampak pada perekonomian nasional. Hal ini juga menjadi sorotan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada Kamis (15/8).
Pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 diperkirakan mencapai angka yang lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, yaitu dari 3,2 persen menjadi 3,1 persen. Direktur Departemen komunikasi BI, Peter Jacobs, mengatakan revisi ke bawah terutama terjadi akibat realisasi pertumbuhan negara emerging, terutama China dan India yang lebih rendah. Pada saat yang sama, harga komoditas dunia juga masih menurun, kecuali harga minyak.
Sementara itu, gejolak pasar keuangan global yang pada Juli 2013 sedikit mereda, ke depannya perlu terus dicermati terutama terkait pengaruh spekulasi implementasi pengurangan (tapering) stimulus moneter oleh the Fed. Kinerja perekonomian global yang tidak menggembirakan tersebut cenderung berdampak negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia baik melalui jalur perdagangan maupun jalur keuangan.
Adapun dampak dari perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi di dalam negeri adalah perekonomian nasional menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Setelah mencatat pertumbuhan 6 persen year of year (yoy) pada triwulan I tahun 2013, ekonomi Indonesia tumbuh melambat menjadi 5,8 persen yoy pada triwulan II tahun 2013.
Ekspor yang telah tumbuh positif masih belum cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi, ini akibat masih lemahnya permintaan ekonomi global. Inflasi yang meningkat, merupakan akibat dari ekspor yang belum kuat. Hal ini mengakibatkanmelemahnya daya beli, sehingga berpengaruh kepada perlambatan konsumsi rumah tangga dan juga investasi non bangunan. Menurut Peter, kedepannya risiko perlambatan ekonomi masih tetap besar. Secara keseluruhan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 menuju batas bawah kisaran 5,8 persen sampai 6,2 persen dan tahun 2014 berada dalam kisaran 6,4 persen sampai 6,8 persen.
Di sisi eksternal, tekanan pada perekonomian nasional masih berlanjut. Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2013 mengalami defisit yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan NPI ditopang surplus yang cukup signifikan pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF) antara lain akibat meningkatnya aliran modal masuk langsung (FDI) dan penerbitan obligasi valas Pemerintah.
Di sisi lain, defisit pada Transaksi Berjalan (TB) tercatat meningkat relatif tinggi, terutama didorong oleh terus menurunnya ekspor karena perlambatan ekonomi global dan penurunan tajam harga komoditi global, di tengah masih tingginya impor baik migas maupun nonmigas sesuai dengan pola musiman. Defisit pada TB juga dipengaruhi oleh pembayaran bunga utang yang cukup besar pada triwulan II tahun 2013.
Cadangan devisa pada akhir Juli 2013 tercatat US$ 92,67 milyar. Angka ini setara dengan 5,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional. Ke depannya, dengan pengetatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia, serta langkah koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, NPI diprakirakan kembali membaik ditopang penurunan defisit pada TB sejalan dengan dampak perlambatan permintaan domestik dan penyesuaian pada nilai tukar rupiah.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...