Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 16:42 WIB | Sabtu, 01 Februari 2014

Perundingan Damai Suriah, Sedikit Kemajuan dan Bertemu Lagi 10 Februari

Wakul Khusus Gabungan PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi yang menjadi mediator bagi perundingan pemerintah dan oposisi Surian. (Foto: un.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Gap posisi di antara pemerintah Suriah dan pihak oposisi masih lebar, dan pembicaraan untuk mencari solusi damai Suriah pada Konferensi Jenewa II belum menunjukkan kemajuan yang berarti.

Demikian dikatakan mediator dari Wakil  Khusus Gabungan PBB dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi pada Jumat (31/1) di Jenewa. Perundingan itu dimaksudkan untuk mencari solusi mengakhiri perang saudara di Suriah dan bantuan kemanusiaan mengakhiri penderitaan rakyat.

"Kami belum membuat kemajuan apapun dalam pembicaraan," kata  Lakhdar Brahimi dalam konferensi pers tentang delapan hari pembicaraan yang ditengahinya. Namun oposisi telah setuju untuk kembali bergabung pada  pembicaraan lanjutan pada tanggal 10 Februari mendatang. Sedangkan delegasi pemerintah mengatakan bahwa mereka perlu untuk membicarakan kembali sikapnya dengan Presiden Bashar Al-Assad.

"Sama sekali tidak ada keraguan bahwa posisi kunci masih sangat lebar," kata Brahimi. Pertemuan antara wakil pemerintah dan oposisi Suriah adalah untuk pertama kalinya duduk bersama sebagaimana ditawarkan  dan disponsori PBB untuk membantu mengakhiri hampir tiga tahun perang sipil  yang membunuh lebih dari 130.000, dan hampir 9 juta mengungsi atau terusir.

"Sedikit kabar baik datang kemarin  tetang pengiriman bantuan kemanusiaan ke kamp Yarmouk untuk pengungsi Palestina (di dekat Damaskus), tapi jauh lebih banyak (bantuan lagi) yang dibutuhkan," kata Brahimi.

PBB akan membahas bantuan ini dengan Gubernur Homs, Suriah. Kota ini hanya 12 kilometer jauhnya  dari truk PBB  yang telah siaga untuk memberikan makanan dan obat yang dibutuhkan  sekitar 500 keluarga atau sekitar 2.500 orang. Mereka terjebak di dalam kota tua, Homs, tanpa bantuan selama hampir dua tahun.

Brahimi mengatakan bahwa pada dasarnya ada beberapa unsur yang dapat dijadikan tawaran pada tahap awal sebagai “tanah” untuk berdiri bersama, jika ada kemauan politik untuk mencari solusi.

"Ini adalah awal yang sangat sulit. Namun para pihak telah menjadi terbiasa duduk di ruangan yang sama. Mereka telah menyampaikan posisi dan mendengarkan satu sama lain. Ada saat-saat ketika satu pihak, bahkan telah mengakui keprihatinan dan kesulitannya dan ada sudut pandang dari sisi lain. Kemajuan sangat lambat memang, tapi para pihak telah terlibat dalam cara yang dapat diterima. Ini adalah awal yang sangat sederhana, tapi itu adalah awal di mana kita dapat membangun," kata Brahimi.

"Tidak ada gunanya berpura-pura,” kata Brahimi, dan dia  mengatakan bahwa dia mengamati ada sedikit kesamaan di antara para pihak, termasuk komitmen untuk membahas implementasi penuh dari Komunike Jenewa I dalam mencapai solusi politik.

"Kedua belah pihak memahami bahwa konflik di negara mereka telah menyebabkan penderitaan besar dan tidak dapat diterima bagi rakyat Suriah. Kedua belah pihak menyadari kebutuhan mendesak untuk mengakhiri. Kami berharap mereka juga akan melipatgandakan upaya mereka untuk mencari peluang awal untuk mengurangi, setidaknya mengurangi, tingkat kekerasan di lapangan," kata Brahimi.

"Saya berharap bahwa kita dapat mulai membangun dasar yang lebih umum ketika bertemu (nanti), di Jenewa. Kami sekarang akan istirahat sejenak dalam negosiasi, untuk memungkinkan para pihak mempersiapkan posisi yang lebih rinci tentang isu-isu yang diangkat (nanti), dan semua aspek lain dari Komunike Jeneva," kata dia menambahkan. (un.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home