Pesan AntiKorupsi Melalui Sinematografi
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Film menjadi salah satu media yang cukup ampuh dalam menyebarkan berbagai pesan, salah satunya pesan antikorupsi. Melalui film pula, pada Selasa (17/2) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar Anti Corruption Film Festival (ACFFest) 2015 di Gedung Societet, Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Gelaran ACF Fest merupakan perhelatan untuk kali ketiga, sejak pertama kali dihelat pada 2013 silam. Selain di Yogyakarta, ACF Fest 2015 yang telah diluncurkan pada 11 Februari 2015 silam di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismal, Jakarta ini juga akan digelar di beberapa kota di Indonesia, yaitu Surakarta, Surabaya, Indramayu, Lampung, Aceh, Sumbawa, Pontianak, dan Kendari.
Dalam perhelatan di Yogyakarta, ACF Fest 2015 yang mengusung tema “Make Your Move” ini mencoba mendorong masyarakat untuk melakukan gerakan sosial antikorupsi demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Dalam rangkaian acara, selain upaya untuk menjaring sineas-sineas muda, ACF Fest 2015 di Yogyakarta juga diisi dengan diskusi yang menampilkan pembicara Bowo Leksono (Direktur Cinema Lover Indonesia), Ari Nugroho (Anti Corruption Film Festival [ACFFest]), dan Dedie A. Rachim (Direktur Pendidikan dan Layanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi [KPK]).
“Sejak 2014, kita mencoba promote citizen journalism anak muda untuk memanfaatkan gadget untuk membuat film. Inilah yang mendasari digelarnya ACF Fest karena di era digital ini film dekat anak muda. Faktor kedekatan ini diharapkan dapat didorong menjadi berbagai gerakan, yaitu gerakan antikorupsi dan gerakan perlawanan dari anak muda, “ujar Ari Nugroho.
Senada dengan Ari, Dedie A. Rachim menganggap bahwa peran anak muda lewat film antikorupsi adalah salah satu wujud tindakan preventif. Pasalanya, KPK selama ini telah melakukan tindakan represif dengan upaya penegakan hukum. Namun, persoalan perjuangan pemberantasan korupsi yang tidak akan pernah berakhir, membuat tindakan represif dianggap belum cukup ampuh untuk membebaskan korupsi dari bumi Indonesia.
“Perjuangan pemberantasan korupsi adalah perjuangan seumur hidup karena faktanya sejak awal kemerdekaan korupsi sudah ada. Sampai hari ini, segala daya yang ada dinilai tidak cukup. Oleh karena itu, diperlukan budaya baru, yang merupakan tindakan preventif, yang menyasar generasi muda untuk merebut masa depannya sendiri,” jelas Dedie.
Di sisi lain, tindakan preventif juga dilakukan oleh Bowo Leksono dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Filmmaker yang menjadi Direktur Cinema Lover Indonesia ini tak henti-hentinya memberikan penyadaran moral tentang bahaya korupsi kepada masyarakat di Purbalingga. Melalui pamflet dan film, Bowo mencoba menanamkan kesadaran moral sekaligus ajakan untuk melakukan gerakan sosial.
“Korupsi tidak melihat desa atau kota. Masyarakat sebenarnya banyak yang tahu tetapi lebih memilih diam. Oleh karena itu, perlawanan korupsi tidak hanya melalui media sosial tetapi juga langsung turun ke lapangan,” papar Bowo.
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...