Pesan Tahun Baru Paus: Media Harus Jadi Saluran Kabar Baik
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Media harus memberikan lebih banyak ruang untuk berita positif dan kisah inspiratif, untuk mengimbangi dominasi berita kejahatan, kekerasan dan kebencian di dunia.
Paus Fransiskus menyampaikan hal itu dalam pesan akhir tahunnya pada har Kamis (31/12), sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Paus Fransiskus memimpin sekitar 10.000 umat dalam ibadah syukur akhir tahun yang khidmat di Basilika Santo Petrus.
Dalam homili singkat, Fransiskus mengatakan tahun yang baru saja berlalu telah ditandai oleh banyak tragedi.
"(Ada) kekerasan, kematian, penderitaan yang tak terkatakan yang dialami oleh begitu banyak orang yang tidak bersalah, pengungsi terpaksa meninggalkan negara mereka, laki-laki, perempuan dan anak-anak tanpa rumah, makanan atau sarana pendukung," kata dia.
Namun dia mengatakan telah ada juga "begitu banyak gerakan besar kebaikan" untuk membantu mereka yang membutuhkan, "walaupun mereka tidak disiarkan dalam program berita televisi (karena) berita baik tidak dianggap berita."
Dia mengatakan media seharusnya tidak membiarkan gerakan seperti solidaritas "dikaburkan oleh arogansi si jahat".
Paus yang berkebangsaan Argentina itu kini menjalani tahun baru ketiga sejak ia berada pada posisi itu pada tahun 2013. Ia mengutuk "haus kekuasaan yang tak terpuaskan dan kekerasan yang membabi buta" yang telah memenuhi dunia pada tahun 2015, tanpa ia menyebut contoh.
Dalam pesan Natal pekan lalu, ia mendesak dunia untuk bersatu mengakhiri kekejaman oleh militan ISIS yang menurut dia, menyebabkan penderitaan besar di banyak negara.
Keamanan telah sangat ketat di Vatikan sejak 13 November , yaitu terjadinya serangan Paris yang menewaskan 130 orang.
Polisi memeriksa tas pengunjung ketika mereka mendekati wilayah Vatikan dan harus melalui pemeriksaan tambahan, gaya screening bandara, jika mereka ingin masuk Lapangan Santo Petrus atau Basilika Santo Petrus.
Fransiskus juga mengutuk skandal korupsi politik yang melanda Roma, kota dimana ia juga menjadi uskupnya. Skandal, yang dikenal sebagai "Mafia Modal", telah melahirkan pengadilan besar dengan 46 terdakwa yang dimulai bulan lalu.
Mafia, birokrat dan politisi dituduh menyedot jutaan euro dari kontrak pemerintah untuk segala hal, mulai dari kontrak untuk penyediaan tempat penampungan pengungsi hingga penyediaan tempat sampah.
Editor : Eben E. Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...