PETA: Kebohongan di Balik Bisnis Kopi Luwak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM Indonesia dan Filipina merupakan dua produsen kopi luwak terbesar di dunia. Kopi yang diperdagangkan ini merupakan hasil olahan buah kopi yang dikonsumsi luwak dengan mengambil dari kotoran yang dihasilkannya. Kopi luwak bernilai ratusan dolar Amerika Serikat per kilogramnya.
Hasil investigasi People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) Asia menunjukkan kopi luwak tidak diproduksi dari pengumpulan biji kopi dari kotoran luwak di alam liar, tetapi merupakan hasil olahan kopi dari luwak yang dikandangkan. Produksi kopi luwak yang mengambil sumber dari alam liar dalam jumlah besar sangatlah tidak mungkin. Investigasi PETA itu dilakukan selama tiga bulan di delapan lokasi di Indonesia dan Filipina.
PETA dalam investigasinya menemukan luwak hidup dalam kandang yang tidak layak, sempit, dan kotor. Luwak dipaksa mengkonsumsi buah kopi berlebihan. Luwak menjadi stres dan kekurangan nutrisi sehingga mengalami kerontokan bulu. Luwak kekurangan vitamin dan nutrisi.
Salah satu produsen kopi menjelaskan bahwa luwak dikurung maksimal tiga bulan sebelum dilepas lagi ke alam liar. Ketika luwak dikembalikan ke alam liar tidak dapat bertahan hidup. Di alam liar, luwak memanjat pohon untuk meraih buah kopi yang matang. Luwak juga tidak melulu mengkonsumsi buah kopi.
Meminjam istilah Wakil Presiden Operasi Internasional PETA Asia Jason Barker, bukan meminum kopi yang diambil dari kotoran yang paling menjijikkan dari kopi luwak, namun mendapati kenyataan sebuah produk dibuat dengan menyiksa satwa. "Membeli produk seperti itu sama saja dengan mendukung penyiksaan satwa. Ini alasan PETA mengajak para konsumen memboikot kopi luwak, kata Barker dalam konferensi pers di Jakarta pada Kamis (17/10).
Editor : Sotyati
Festival Film Berlin Tinggalkan Medsos X
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Festival Film Berlin menjadi festival film papan atas Eropa terbaru yang ...