PGI Gelar Roundtable Meeting Bersama Mitra Oikoumenis Internasional
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Rangkaian KEGIATAN menjelang Sidang Raya ke XVIII PGI 2024, MPH-PGI (Majelis Pekerja Harian Persekutuanm Gereja-gereja di Indonesia) menggelar roundtable meeting bersama mitra oikoumenis internasional, di Rantepao, Toraja, hari Selasa (5/11/2024).
Mitra oikoumenis internasional yang hadir dalam pertemuan ini antara lain UEM, GZB, M21, Eukumindo, PKN, WSCF, dan CWS.
Menurut Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jacky Manuputty, pertemuan ini dilakukan untuk mempertemukan satu dengan yang lain, dan saling berbagi informasi terkait pelayanan yang dilakukan. Karena dalam acara sidang raya biasanya hanya menjadi partisipan pasif.
“Dalam acara besar seperti sidang raya mereka sering hanya sampaikan sambutan lalu selesai, apalagi kalau acaranya dalam bahasa Indonesia, akhirnya jadi partisipan pasif, lalu kembali ke negaranya. Nah, kali ini kita menyiapkan waktu untuk saling jumpa, sehingga mitra saling tau apa yang dikerjakan di Indonesia, sekaligus juga mengetahui apa yang dilakukan PGI, termasuk lima tahun ke depan,” tandasnya.
Sebab itu, dalam pertemuan ini PGI memaparkan sejumlah dokumen terutama Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama, agar dapat diketahui apa yang dilakukan oleh lembaga yang kini memiliki 97 sinode gereja anggota ini. “Dengan begitu kita saling tau dan tidak tumpang tindih dalam kerja-kerja, dan kemudian bisq melakukan kerjasama ke depan,” katanya.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom, menyampaikan berbagai persoalan yang dihadapi gereja-gereja di Indonesia. “Ketika kita berkumpul dan bersekutu dalam pertemuan ini, kita juga diingatkan bahwa pergumulan gereja-gereja dalam panggilan penatalayanan bumi sebagai rumah bersama (Oikoumene), dihadapkan pada kenyataan bahwa daya dukung lingkungan hidup semakin terkikis dari waktu ke waktu,” katanya.
Selain itu, kita menghadapi potensi ‘kiamat ekologis’ akibat dampak perubahan iklim terutama mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang didominasi oleh sebaran pulau-pulau kecil-kecil yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Di sisi lain, lanjut Pdt. Gomar, kita hidup di dunia yang sangat didominasi oleh perilaku ekonomi yang berpusat di tangan segelintir orang yang berorientasi pada akumulasi kapital, mengeruk sumber daya alam sebanyak alam sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan keseimbangan dan keberlanjutan lingkungan yang berkelanjutan.
Pada kesempatan itu, Ketum PGI menegaskan, tanda-tanda vital kerusakan lingkungan hidup kita tidak terlepas dari perilaku rakus dan perilaku ekstraktif dan pilihan-pilihan pembangunan. Dalam situasi ini, gereja-gereja di Indonesia ditantang untuk terus mengembangkan Spiritualitas Ugahari, yang diwujudkan dalam hidup sederhana menolong, dan solidaritas dengan ciptaan lainnya.
Gereja juga dipanggil untuk membangun strategi advokasi melalui aksi-aksi solidaritas yang membebaskan sebagai tanggung jawab penatalayanan alam semesta demi keutuhan ciptaan.
Selain sharing pelayanan, roundtable yang berlangsung sekitar empat jam ini, juga mendiskusikan tantangan serta peluang Kerjasama bagi misi kemanusiaan, keadilan, serta pengembangan gereja-gereja di Indonesia.
Corrie van der Ven dari Protestantse Kerk in Nederland (PKN) mengapresiasi roundtable meeting yang dilakukan oleh PGI. Menurut dia, hal ini sangat membantu mengetahui pelayanan satu sama lain, termasuk PGI, di Indonesia. Diharapkan ada tindaklanjut yang lebih konkrit dalam melakukan pelayanan bersama.
Editor : Sabar Subekti
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...