PGI: Gerakan Oikumenis Makin Majemuk, Kembangkan dan Hidupi Spiritualitas Inklusif
TORAJA, SATUHARAPAN.COM-Dalam kehidupan ekumenis, keanggotaan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) saat ini berjumlah 97 sinode gereja. “Kita menghidupi gerakan ekumenis yang semakin majemuk dengan latar belakang denominasi yang sangat beragam. Realitas ini menantang kita bersama untuk mengembangkan dan menghidupi spiritualitas yang inklusif,” kata Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jacklevyn Fritz Manuputty.
Dalam diskusi tema dan subtema, di hari kedua kegiatan pra sidang Raya PGI, di Gedung Tammuan Mali, Makale, Toraja, Jumat (1/11/2024), Jacky Manuputty mengatakan, “Kita terpanggil untuk menerima bahwa setiap tradisi spiritual memiliki kontribusi besar menciptakan rasa kebersamaan serta harapan bagi masa depan gereja dan bangsa.”
Selain itu, gerakan ekumenis terpanggil untuk memotivasi gereja-gereja mempraktikan kebaikan-kebaikan dari tradisi iman mereka demi kesejahteraan bersama. Gerakan ini juga mendorong kita untuk menerima dan merayakan implikasi-implikasi kebaikan dari setiap tradisi beriman. P
erubahan bertahap dari sikap beragama yang ekslusif menjadi inklusif, akan secara radikal juga menghasilkan perubahan pada lingkungan hidup bersama.
“Dunia membutuhkan dari kita suatu level kebersamaan dan kerja sama yang maksimal. Kita menjadi satu di tengah berbagai perbedaan kita untuk memancarkan terang Kristus, untuk menegakan kebaikan, keadilan dan kebenaran,” kata Sekum PGI.
“Prinsip ini, berimplikasi pada pandangan bahwa kita semua terikat satu dengan lainnya. Karenanya, kita tak dapat mengupayakan pencapaian kepenuhan tertinggi, sambil membiarkan ciptaan lainnya hancur di sekitar kita.”
Lebih jauh dijelaskan, “Transformasi diri kita sangat terkait dengan transformasi dan pemulihan dunia di sekitar kita. Kita dapat menjadi terang bagi dunia kalau kita memulainya dari relasi yang saling menerangi di antara sesama kita yang mendiami rumah ekumenis. “
“Transformasi diri kita sangat terkait dengan transformasi dan pemulihan masyarakat dan bangsa, baik yang meliputi dimensi ekonomi, politik, sosial, ataupun ekologi,” katanya.
Dalam paparannya, Pdt. Jacky, biasa dia disapa, juga menegaskan bahwa keesaan tak dapat direduksi pada sebuah dimensi yang tak kasat mata, sehingga menghasilkan semata-mata perasaan saling berhubungan.
Keesaan menempatkan kita pada level terdalam, di mana baik tubuh maupun roh kita senantiasa berada dalam perjuangan untuk menentang penindasan politik ataupun agama, gender, ras, sosial, dan ekonomi. Tak ada seorangpun yang boleh menderita di dalam keterisolasiannya.
“Kita semua menderita bersama. Kepercayaan terhadap ide keesaan berimplikasi pada panggilan dan keharusan untuk menyatakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan dengan sesama dan alam. Dengan kata lain, keesaan dan sikap bela rasa/solidaritas tak bisa dilepas-pisahkan,” kata pendeta dari GPM ini.
Menurut Pdt. Jacky, keduanya merupakan ekspresi yang sama dari Terang Kristus yang menubuh di dalam diri kita dan mengkonstruksikan otentisitas identitas kita. Terang yang secara spiritualitas menerangi gereja untuk dengan berani membela mereka yang tak dapat bersuara, wanita ataupun pria yang tertindas, termasuk membela anak-anak yang menderita, serta lingkungan dan hewan yang terancam.
Sebab itu, tugas profetis kita sebagai gereja adalah selalu mengingatkan masyarakat bahwa Terang menuntut keadilan, dan bahwa Terang Kristus tidak pernah akan padam untuk meretas dan menegakan jalan kebaikan/kebajikan, keadilan, dan kebenaran sebagai penuntun etis di dalam dunia kita.
Peran Perempuan
Di sesi yang sama, Staf Ahli Menteri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Bidang Pembangunan Keluarga, Indra Gunawan, menyoroti peran strategis perempuan dalam membangun masyarakat yang adil dan setara. Menurutnya, ada 17 arah/tujuan Pembangunan Indonesia Emas 2045, termasuk di dalamnya isu jender.
Pengaruh isu jender, lanjut Indra, menjadi bagian dari pembangunan nasional, bagaimana peran laki-laki dan perempuan, pembangunan inklusi bisa dirasakan oleh semua lapisan, baik anak, perempuan dan kaum marginal.
Editor : Sabar Subekti
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...