Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 12:21 WIB | Jumat, 08 Juli 2016

Piala Eropa 2016: Lahirnya Sejarah Baru.

Final: Portugal vs Prancis.
Griezmann vs Ronaldo. (Foto: istimewa)

REMBANG, SATUHARAPAN.COM - Keberuntungan demi keberuntungan seolah memayungi perjalanan Portugal hingga babak 8-besar Piala Eropa 2016. Di babak semi final Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan tampil mengejutkan dengan membungkam permainan impresif Wales dan memaksa Williams dan kawan-kawan pulang setelah menelan kekalahan 2 gol tanpa balas.

Ronaldo tampil meyakinkan dengan mencetak 1 gol dan 1 assist yang mampu diselesaikan oleh Nani. Di luar itu, penampilan pemain Renato Sanches memberikan hiburan tersendiri. Dalam usia belianya, Sanches justru tampil bak veteran yang melayani seluruh pemain Portugal di saat bertahan maupun menyerang. Sanches telah menunjukkan bakat pemain besar. Tidak mengherankan jika Bayern Munchen mengikat kontrak dalam nilai yang tinggi untuk pemain muda itu.

Prancis sendiri lolos ke babak final setelah di babak semi final mengubur impian juara Dunia Jerman dalam upayanya menggabungkan dengan tropi Piala Eropa. Dua gol yang dilesakkan Antoine Griezmann membalas kekalahan mereka empat tahun lalu pada babak 8-besar Piala Dunia 2014.

Pada perjumpaan pertamanya di Piala Eropa, meskipun tidak diperkuat beberapa pemain pilarnya akibat cedera dan akumulasi kartu kuning, Jerman menguasai permainan hampir sepanjang pertandingan. Dua gol yang dicetak Griezmann lebih banyak karena kesalahan pemain belakang Jerman.

Gol pertama Griezmann berawal dari handsball Schweinsteiger. Sementara gol kedua karena salah komunikasi pemain belakang Jerman yang memberikan umpan pada Pogba. Dari sisi kanan pertahanan Jerman, Pogba mengirim umpan yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya. Bola yang tidak mampu ditepis dengan sempurna oleh penjaga gawang Manuel Neuer diteruskan oleh Griesmann dalam sontekan yang tidak terlalu keras ke gawang Jerman.

Ketiadaan penyerang menyebabkan serangan pemain Jerman terkesan hanya menjadi gangguan kecil bagi penjaga gawang Prancis Lloris. Ini menjadi titik nadir perjalanan tim Jerman di Piala Eropa 2016: tampil menjanjikan justru tersingkir.

Final Piala Eropa 2016 yang akan mempertemukan Portugal melawan tuan rumah Prancis akan berlangsung di Stadion Stade de France, Saint-Denis pada 10 Juli 2016 pukul 21.00 waktu setempat atau 11 Juli pukul 02.00 WIB.

Adu Visi Dua Pelatih

Dalam catatan perjumpaan kedua kesebelasan, Prancis memenangi 18 laga pertandingan, 1 pertandingan berakhir imbang, sementara Portugal hanya mampu memenangi 5 pertandingan. Sepuluh pertandingan pertemuan terakhir kedua kesebelasan sejak tahun 1978 selalu dimenangi Prancis.

Dalam turnamen resmi keduanya telah bertemu dalam tiga pertandingan. Tahun 1984 dalam semi final Piala Eropa yang juga dihelat di Prancis, Michel Platini-Alain Giresse, Jean Tigana, yang dalam performa puncak harus bersusah payah mengalahkan Bento dan kawan-kawan dengan skor 3-2 dalam babak perpanjangan waktu, setelah dalam waktu normal keduanya bermain imbang. Prancis akhirnya menjadi juara setelah di final mengalahkan Spanyol 2-0 dan Platini terpilih menjadi pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak Piala Eropa dengan 9 gol. Rekor gol tersebut belum terpecahkan untuk pencetak gol terbanyak dalam satu turnamen Piala Eropa.

Perjumpaan keduanya di semi final terulang lagi pada Piala Eropa 2000. Keduanya datang dengan generasi emasnya. Prancis bermaterikan pemain yang telah memenangi Piala Dunia 1998: Fabien Barthez, Laurent Blanc, Lilian Thuram, Marcel Desailly, Bixente Lizarazu, Didier Deschamps,  Emmanuel Petit, Patrick Vieira, Zinedine Zidan, Nicolas Anelka, Thierry Henry, sementara Portugal dipenuhi pemain eks juara Piala Dunia Yunior: Vitor Baia, Dimas, Jorge Costa, Fernando Couto, Abel Xavier, Sergio Conceicao, Costinha, Rui Costa, Jose Luis Vidigal, Luis Figo, dan Nuno Gomez. Pemain kedua kesebelasan banyak merumput di klub-klub elite Eropa saat itu.

Pertandingan berjalan ketat dan berakhir imbang 1-1 dalam waktu normal. Dalam babak tambahan waktu, lagi-lagi Prancis mengalahkan Portugal dengan hasil akhir 2-1 setelah Zinedine Zidane mencetak golden penalty. Prancis akhirnya menjadi juara setelah di final mengalahkan Italia dengan golden goal David Trezequet pada menit ke-103 (extra time).

Semi final turnamen besar seolah menjadi suratan nasib bagi perjumpaan kedua kesebelasan. Pada Piala Dunia 2006, kedua kesebelasan bertemu lagi di semi final. Pertandingan yang berlangsung dalam tempo tinggi, lagi-lagi Portugal dipaksa menelan kekalahan 1-0 melalui gol Zidane dari titik penalti. Di final Prancis dikalahkan Italia setelah Zidane dikeluarkan akibat terprovokasi melakukan tandukan ke dada Marco Materazzi. Dalam perebutan tempat ketiga, Portugal dikalahkan tuan rumah Jerman.

Dalam pertemuan terakhir itu pemain muda Portugal Ronaldo mulai meniti puncak kariernya. Meskipun pada Piala Eropa 2004 saat Portugal Ronaldo sudah dilibatkan dalam tim, perannya masih belum banyak meskipun mampu mencetak dua gol di hadapan pendukungnya. Satu gol ke gawang Yunani saat fase grup A, dan satu gol ke gawang Belanda pada babak semi final. Ronaldo merasakan final Piala Eropa 2004 namun kalah dari Yunani di final.

Kedua kesebelasan akan berhadapan di final Piala Eropa 2016 dengan modal yang cukup mengesankan. Prancis menghentikan ambisi juara Dunia 2014 untuk menyandingkan dengan tropi Piala Eropa, sementara Portugal mengandaskan Wales, debutan Piala Eropa yang tampil menakjubkan hingga lolos ke babak 4-besar.

Membandingkan perjalanan keduanya menuju partai puncak, ada sedikit perbedaan dalam pencapaian. Prancis melaju hingga partai final dalam tren permainan yang relatif datar dibanding Portugal yang justru mengalami peningkatan yang signifikan setelah sebelumnya dalam fase grup F menjadi tim pesakitan yang lolos ke babak 16-besar.

Titik balik Portugal terjadi saat mampu mengalahkan favorit juara Kroasia. Setelah mengalahkan Kroasia pada babak tambahan waktu. Ronaldo seolah tidak terbendung. Polandia yang diisi dengan gelandang energetik dan penyerang haus gol dipaksa pulang setelah tidak mampu mengalahkan mereka hingga perpanjangan waktu dan harus berakhir tragis dengan kekalahan melalui adu tendangan penalti.

Di babak semi final Wales yang sebelumnya tampil perkasa dengan mengalahkan generasi emas Belgia dengan skor telak 3-1, di hadapan Ronaldo dan kawan-kawan seolah tidak berkutik dan tidak mampu mengembangkan permainan bola-bola panjang. Yang terjadi justru Ronaldo membenamkan mereka dengan tandukannya.

Jika melihat tren tersebut, faktor pelatih memegang peran sangat penting. Bagaimanapun, Portugal saat ini bukanlah tim muda. Menyadari hal itu, Fernado Santos lebih bersabar dalam menyerang. Jika perlu mereka sudah siap untuk adu tendangan penalti.

Pada sisi lain, pelatih Prancis Deschamps sebagai pemain yang turut mengantarkan Prancis menjadi juara Dunia 1998 dan juara Eropa 2000 dengan pengalamannya tentu biasa merasakan persaingan langsung serta perkembangan permainan seluruh kontestan sepanjang turnamen. Pengalaman juara akan saat bermain sedikit banyak akan membantu menyusun strategi selama turnamen. Hanya yang harus diingat Deschamps, Santos adalah pelatih yang telah banyak menangani tim Eropa dalam turnamen Piala Eropa maupun Piala Dunia. Di tangan Fernando Santos, Yunani lolos dalam dua kali Piala Dunia 2010 dan 2014 serta Piala Eropa 2012.

Madrid vs Atletico: 7-7 di Partai Final Piala Eropa

Melihat perang bintang dalam final Piala Eropa 2016 yang terfokus pada Antoine Griezmann (AG7) dan Cristiano Ronaldo (CR7) tentu mengingatkan final liga Champion Eropa beberapa waktu lalu yang dimenangi Real Madrid. Dalam dua kali pertemuan di final liga Champion Eropa, Ronaldo sebagai representasi Real Madrid mengalahkan Greizmann di Atletico Madrid.

Tensi pertemuan keduanya akan semakin meningkat ketika bermain di hadapan penonton tuan rumah sebagai pemain kedua kesebelasan. Kedua kesebelasan tampil dengan skuad yang siap. Hanya pemain belakang Portugal Pepe yang sedikit mendapat gangguan cedera.

Jika Portugal mampu memainkan tren positifnya seperti saat semi final dimana Renato Saches secara brilian mampu memecah konsentrasi penjagaan pada Ronaldo serta mendistribusikan kepada pemain lainnya, pertarungan antara CR7 dan AG7 akan berjalan menarik. Moutinho akan beradu kreativitas melawan Matuidi.

Prancis dengan barisan pemain muda tentu diuntungkan dengan napas panjang mereka. Terlebih Griezmann yang hingga saat ini telah mengemas 6 gol tentunya ingin menambah lebih banyak gol pada partai final di hadapan pendukungnya.

Dalam hal motivasi, Portugal lebih kuat setelah kegagalan mereka di partai puncak tahun 2004 saat dikalahkan Yunani. Ronaldo maupun Carvalho tentu tidak ingin terulang lagi, terlebih inilah kesempatan terakhir bagi mereka. Sekaligus kesempatan bagi Ronaldo melewati rekor pencetak gol terbanyak Piala Eropa yang masih dipegang Michel Platini.

Permainan sepak bola tetaplah permainan tim, jika ingin membawa pulang Piala Henry Dealuney pelatih Santos harus memperhatikan permainan Matuidi-Pogba-Kante yang semakin padu. Distribusi bola dari ketiga gelandang inilah yang memudahkan Griezman, Giroud, Payet mencetak gol. Dan menarik menunggu aksi pemain muda Sanches membongkar pertahanan Koscielny yang hingga babak semi final sangat disiplin menjaga wilayahnya.

AG 7 atau CR 7? Pada final Piala Eropa 2016 akan tercipta sejarah baru.

 

Perkiraan susunan pemain:

Portugal (4-3-3) : Patricio (gk), Cedric/Guerreiro, Pepe, Carvalho, Alves, Vieirinha, Danilo/Silva, Moutinho, Renato Sanches, Ronaldo, Nani/Eder. | pelatih: Fernando Santos

Prancis (4-2-3-1) : Lloris (gk/c), Evra, Sagna, Koscielny, Rami, Matuidi, Kante,  Pogba, Coman, Griezmann/Martial, Giroud/Payet. | pelatih: Didier  Deschamps

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home