PM Italia Tegur UE Tak Mau Terima Imigran
SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Italia Matteo Renzi menegur sesama pemimpin Uni Eropa (UE), Kamis (25/6), karena negara-negara UE tidak menyetujui menerima 40.000 jiwa pencari suaka. Renzi mengatakan, mereka tidak layak menyebut diri sebagai orang Eropa.
UE kini tengah menghadapi krisis imigran yang tumbuh pesat melalui laut Mediterania. Namun mereka membiarkan Italia dan Yunani menangani sendiri ribuan imigran yang datang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Timur Tengah.
"Jika Anda tidak setuju menerima 40.000 pencari suaka, Anda tidak layak menyebut diri Eropa," kata Renzi saat KTT Uni Eropa di Brussels Belgia. "Jika hal ini merupakan ide Eropa, Anda dapat memenuhinya, entah karena solidaritas atau jangan buang waktu kami," katanya, menurut orang yang menghadiri pertemuan itu.
Anggota UE lainnya menggambarkan perdebatan sebagai hal kontroversial. Ketegangan ini muncul karena sebagian memastikan bahwa rencana penerimaan imigrasi tersebut merupakan sukarela, tidak wajib, seperti yang disarankan Komisi Eropa awalnya.
Menurut catatan Reuters, tahun ini ribuan imigran telah berupaya mencapai Eropa dengan perahu. Uni Eropa pun telah menjanjikan respons darurat untuk menampung pencari suaka tersebut.
Berdasarkan draft akhir konferensi, UE setuju merelokasi 40.000 jiwa tersebut dari Italia dan Yunani ke negara-negara anggota lainnya. Dikatakan dalam rancangan itu bahwa semua negara anggota akan berpartisiapi.
Beberapa negara Eropa bagian timur dan tengah, yang enggan ikut andil menerima pengungsi, mencari jaminan bahwa draft tersebut bersifat sementara dan sukarela.
"Kami memang tidak memiliki kesepakatan tentang kuota imigran yang wajib diterima negara UE, namun... itu bukan alasan untuk tidak melakukan apa pun," kata Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, sekaligus pemimpin konferensi.
"Solidaritas tanpa pengorbanan adalah murni kemunafikan," kata dia menambahkan.
Kriteria pembagian kuota imigran antarnegara anggota harus diputuskan pada akhir Juli, menurut draft. Faktor-faktor seperti tingkat ekonomi negara anggota dan masyarakat menjadi pertimbangan penting.
Uni Eropa juga berkomitmen untuk memukimkan kembali 20.000 pengungsi dari negara-negara Suriah, Irak atau Afghanistan.
Minggu ini, Austria mengancam akan menerapkan kembali kontrol di perbatasan dengan Hungaria dan Inggris dan menyerukan keamanan yang lebih ketat di sekitar pelabuhan Calais Perancis.
Sementara itu, Hungaria menyebut rencana relokasi Komisi Eropa "tidak masuk akal", dan Spanyol menaruh fokus lebih besar kepada migran yang akan dikembalikan ke negara asal.
Di sisi lain, banyak pemerintah setuju sistem ini akan mengatasi imigrasi yang kacau, mengingat beban besar Italia dan Yunani yang sedang menghadapi kirisi kemiskinan di negaranya.
Para pemimpin UE sepakat akan memperkuat mekanisme memulangkan imigran yang tidak bisa mengklaim suaka ke Eropa.
"Kita perlu membuat perjanjian untuk readmitting (mengizinkan masuk, Red), sehingga bagi agen yang mengirimkan imigran secara ilegal akan dikembalikan ke negara asalnya,” kata Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy.
Editor : Eben Ezer Siadari
Putin Keluarkan Peringatan kepada AS Dengan Doktrin Nuklir B...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Presiden, Rusia Vladimir Putin, pada hari Selasa (19/11) menyetujui doktrin ...