PM Kanada Dukung Israel Sebagai Negara Yahudi
TEL AVIV, ISRAEL, SATUHARAPAN.COM -- Perdana Menteri (PM) Kanada Stephen Harper tiba di Israel pada Minggu (19/1), sebagai perjalanan dinas perdananya ke Timur Tengah. Dukungan Harper untuk Israel digarisbawahi dalam siaran pers yang dikeluarkan kantornya pada Jumat (17/1), yang menggunakan formula “Negara Yahudi Israel” seperti yang diminta PM Benjamin Netanyahu dari Otoritas Palestina sebagai salah satu kesepakatan perdamaian.
“Kanada mendukung upaya Otoritas Palestina untuk membangun institusi-institusi dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendirikan negara Palestina melalui perjanjian negosiasi dengan Negara Yahudi Israel,” demikian isi siaran pers tersebut.
Harper akan berada di Israel selama enam hari. Selama waktu tersebut, ia akan bertemu dengan Netanyahu dan Presiden Shimon Peres untuk mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan untuk peningkatan perdagangan dan penguatan hubungan antara dua negara tersebut.
Proses perdamaian Israel-Palestina yang tengah berlangsung, ancaman nuklir Iran, dan ketidakstabilan Suriah turut menjadi agenda pembicaraan.
Berdasarkan pernyataan kantor PM, pada Senin (20/1), Harper akan menjadi PM Kanada pertama yang mengunjungi Knesset (parlemen Israel, Red.). Pada Selasa (21/1) ia juga akan menghadiri pertemuan pemerintah Israel dan Kanada sebelum mendampingi Netanyahu ke Yad Vashem.
Yad Vashem adalah monumen peringatan resmi Israel untuk orang-orang Yahudi korban Holocaust. Dibangun pada 1953 melalui Undang-undang Peringatan yang disahkan oleh Knesset.
Asal-usul namanya dari sebuah ayat Alkitab dalam Kitab Yesaya: “Kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama... suatu nama abadi yang tidak akan lenyap.” (Yesaya 56:5). Dalam bahasa Ibrani “suatu tanda peringatan dan nama” = yad vashem.
Peringatan yang berada di Yerusalem ini terdiri dari sebuah ruang peringatan, sebuah museum sejarah, sebuah Ruangan Nama, sebuah arsip, “Lembah dari Komunitas-komunitas yang Dihancurkan,” dan sebuah pusat pendidikan. Selain itu, orang-orang non-Yahudi yang menyelamatkan orang-orang Yahudi pada masa Holocaust, sering dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri, dihormati oleh Yad Vashem sebagai “Orang yang benar di antara bangsa-bangsa”.
Pada hari terakhirnya di Israel, ia merencanakan sebuah perjalanan ke situs-situs Kristen di utara Israel sebelum mengunjungi sebuah seremoni di Tel Aviv University. Di sana, ia akan menerima gelar doktor kehormatan.
Ia juga akan melakukan perjalanan ke Tepi Barat pada hari Senin (20/1) untuk menemui Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. Dan hari Rabu (22/1), ia akan melakukan kunjungan tiga hari ke Yordania untuk bertemu dengan Raja Abdullah II dan PM Yordania Abdullah Ensour.
“Perdana Menteri Kanada Stephen Harper merupakan teman yang baik bagi Negara Israel,” ujar Netanyahu.
“Ia telah menentang keras upaya mendelegitimasi Negara Israel dan telah menempuh langkah moral untuk melawan upaya ini. Saya menyambut kedatangannya bersama dengan istrinya dan anggota-anggota delegasinya. Kami akan bekerja bersama untuk meningkatkan hubungan yang penting di antara kedua negara,” kata Netanyahu.
Harper, seorang Kristen Injili dan salah satu sekutu Israel yang paling setia, mengumumkan perjalanannya ini saat makan malam bersama Jewish National Fund pada Desember lalu.
Ia menyebut Israel sebagai “cahaya kemerdekaan dan demokrasi ketika negara lain menyebutnya sebagai wilayah kegelapan” dan berjanji bahwa Negara Yahudi “akan selalu memiliki Kanada sebagai teman.”
Harper merupakan pemimpin Barat pertama yang memotong bantuan untuk Otoritas Palestina menyusul serangan Hamas pada tahun kekuasaannya di Gaza. Ia juga pemimpin pertama yang menarik diri dari Konferensi Dunia Melawan Rasisme Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), yang dikenal sebagai Durban II, dan menyebut konferensi tersebut akan mengkambinghitamkan orang Yahudi.
Kanada telah secara terbuka memihak Israel dalam setiap operasi militernya sejak 2006. Netanyahu memanggil Stephen, dan keduanya bertemu secara rutin untuk berbicara.
Awal bulan ini, Harper menunjuk Vivian Bercovici, seorang pengacara dari Toronto dan seorang pendukung Israel, sebagai duta besar Kanada untuk Israel. (timesofisrael.com/macleans.ca/wikipedia.org)
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...