PM Tiongkok Desak Manufaktur Tunjang Perekonomian Negara
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mendesak pengembangan lebih cepat dan lebih kuat sektor manufaktur untuk menjadi penggerak ekonomi Negeri Tirai Bambu yang melambat.
Sebagai pilar, industri manufaktur Tiongkok harus menjadi materi yang mencerdaskan perekonomian dengan nasionalisasi dan inovasi, kata Perdana Menteri Li sementara memimpin rapat Dewan Negara, Minggu (23/8) di Beijing.
Dia menekankan bahwa industri di Tiongkok harus menciptakan produk yang memiliki kualitas tinggi dalam mencapai program Made in Tiongkok 2025.
“Saat ini ada problematika dalam industri manufaktur, oleh karena itu kita harus mengatasi berbagai masalah seperti kurangnya kemampuan inovasi, rendahnya nilai tambah,” kata Li.
Dewan Negara mengumumkan rencana nasional sepuluh tahun "Made in Tiongkok 2025" pada tanggal 19 Mei, program ini dirancang untuk mengubah Tiongkok dari raksasa manufaktur menjadi kekuatan dunia manufaktur.
Internet plus merupakan konsep yang pertama kali disampaikan oleh Li Keqiang pada Maret 2015 saat menyampaikan laporan kerja pemerintah, yang berusaha untuk mendorong perkembangan yang sehat dari e-commerce, jaringan industri, dan keuangan Internet.
Pemerintah ingin menciptakan lingkungan yang adil bagi kewirausahaan. Pemerintah juga akan mengupayakan lebih banyak outsourcing (alih daya), selain itu akan diupayakan pendanaan dan dukungan bagi bisnis yang berkembang.
Dia menyebutkan manufaktur cerdas adalah manufaktur yang mengintegrasikan teknologi informasi dan teknologi manufaktur, dan selalu menjadi model baru bagi kepemimpinan reformasi.
Pada pertemuan tersebut, akademisi Lu Bingheng dari Xi'an Jiaotong University memperkenalkan industri manufaktur Tiongkok dan teknologi cetak tiga dimensi di dunia. (xinhua.net)
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...