PM Turki Kecam Kebijakan Pengungsi Eropa
BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, hari Minggu (6/9), mengeluarkan kritikan pada pembagian “kecil yang konyol” oleh Eropa dalam menerima pengungsi yang datang, menyebut benua tersebut sebagai “benteng Kristen Eropa.”
Turki telah menampung lebih dari dua juta orang dari Suriah dan Irak, dan bahkan membuat “sebuah zona penyangga,” tulis Davutoglu untuk edisi Senin (7/9) harian Frankfurter Allgemeine Zeitung Jerman.
Dia mengkritik rendahnya bantuan keuangan dari Uni Eropa dalam mendukung upaya Turki, menurut kutipan dari surat kabar konservatif tersebut.
Tampaknya telah ada anggapan “refleks” untuk menempatkan masalah pengungsi di pundak Turki dan untuk membangun sebuah “benteng Kristen Eropa,” tulisnya.
Pendekatan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut Eropa, dan Turki sebagai negara calon anggota Uni Eropa tidak bisa membayangkan pendekatan tersebut mendapatkan dukungan besar dari orang-orang Eropa, tulis sang Perdana Menteri.
Dia menambahkan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi Eropa untuk akhirnya bertindak menangani masalah imigrasi secara kolektif, seraya mengatakan bahwa Turki siap membuat kerja sama yang terkoordinasi dengan “rekan Eropa kami.”
Krisis Imigran Dapat Ditangani
Kepala badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) Antonio Guterres pada Minggu (6/9) mengungkapkan bahwa meski sistem suaka Eropa tidak berfungsi, krisis imigran “dapat ditangani” jika sejumlah negara bekerja sama.
“Sistem suaka Eropa sangat tidak berfungsi, dan beroperasi sangat buruk. Beberapa negara membuat upaya yang diperlukan dan sementara banyak negara lain hampir tidak melakukan upaya sama sekali,” ujar Guterres dalam sebuah wawancara bersama French TV dan beberapa stasiun radio.
“Dengan 4.000 pengungsi tiba di Eropa setiap hari... sistemnya menjadi kacau, tidak ada hal yang memungkinkan ini ditangani dengan cara yang efisien dan manusiawi,” katanya, menyerukan “pusat-pusat penerimaan yang efektif” di tempat para imigran tiba di Yunani, Italia dan Hongaria.
“Ini adalah masalah yang sangat serius... tapi pada skala yang lebih besar, ini bukan salah satu krisis terbesar,” ungkap mantan perdana menteri Portugal.
“Ini adalah krisis yang dapat ditangani jika semua orang menyepakati rencana aksi gabungan.”
Guterres mengatakan bahwa jumlah orang-orang yang mengungsi akibat konflik telah meningkat dari 11.000 orang per hari pada 2010 menjadi 42.500 per hari pada 2014.
“Itu berarti telah ada lonjakan dalam konflik di dunia sementara konflik lama belum mendapatkan solusi,” katanya, seraya menambahkan bahwa dirinya khawatir situasi hanya akan semakin buruk. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...