Romo Magnis: Tampung Keluarga Pengungsi Kewajiban Pengikut Yesus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rohaniawan Katolik, Franz Magnis-Suseno, menilai positif imbauan Paus Fransiskus yang mengajak umat Katolik di negara-negara Eropa melakukan aksi solidaritas membantu imigran yang berbondong-bondong menuju Eropa. Menurut dia, hal itu merupakan dukungan penuh agar umat Katolik terbuka hati, tangan dan tempat penampungan kepada para pengungsi dengan tidak membedakan menurut agama mereka.
“Paus Fransiskus mau memberikan dukungan penuh agar umat Katolik terbuka hati, tangan dan tempat penampungan kepada para pengungsi dengan tidak membedakan menurut agama mereka. Paus sangat yakin bahwa itu suatu kewajiban bagi orang yang mengaku mengikuti Yesus Kristus,” kata Franz Magnis-Suseno kepada satuharapan.com di Jakarta, hari Senin (7/9).
Sebelumnya, Paus Fransiskus mengajak umat Katolik di negara-negara Eropa melakukan aksi solidaritas membantu imigran yang berbondong-bondong menuju Eropa. Paus mengajak semua paroki atau kelompok umat masing-masing menampung satu keluarga pengungsi imigran, dengan diawali di negara kecil Vatikan di mana dia tinggal.
"Saya mohon ke paroki-paroki, komunitas agama, biara-biara dan tempat-tempat suci di seluruh Eropa supaya ... menampung paling tidak satu keluarga pengungsi," kata Paus Fransiskus dalam misa hari Minggu (6/9) di Vatikan.
Menurut Romo Magnis, seruan Paus Fransiskus ini adalah tanggapan dirinya sebagai gembala umat Katolik tertinggi terhadap keadaan darurat di mana ratusan ribu pengungsi - banyak dengan risiko tinggi - melarikan diri ke Eropa sebagai satu-satunya tempat yang memberi harapan masa depan kepada mereka. Di Eropa ada negara-negara yang mau menolak, misalnya Hongaria, dan ada yang membuka diri seperti Jerman.
Ia menambahkan, di semua negara ada juga yang menolak pengungsi, takut mereka membawa masalah, khususnya penolakan terhadap yang beragama Islam tinggi, di Jerman ada kelompok Neo-Nazi yang bahkan menyerang polisi yang melindungi kamp pengungsi.
“Sebaliknya, setahu saya di seluruh Eropa, Gereja Katolik, para uskup, pastor tetapi begitu pula para tokoh awam mendesak agar para pengungsi itu diterima baik, sudah ada biara-biara kosong yang dipakai sebagai penampungan pengungsi, dan ada biara-biara yang tidak kosong dan juga sudah menampung beberapa keluarga pengungsi,” kata Imam Jesuit itu.
Nah, Paus Fransiskus, kata Franz Magnis, mau memberikan dukungan penuh agar umat Katolik terbuka hati, tangan dan tempat penampungan kepada para pengungsi dengan tidak membedakan menurut agama mereka. Paus sangat yakin bahwa itu suatu kewajiban bagi orang yang mengaku mengikuti Yesus Kristus.
Sementara itu, bagi Indonesia dan banyak negara lain, misalnya Amerika Latin, menurut Franz Magnis, tidak ada implikasi karena pengungsi ke Indonesia - terutama dari Myanmar, Afganistan dan Bangladesh - datang dalam jumlah yang sampai sekarang ditampung baik oleh negara, serta mereka tidak mau tinggal di Indonesia melainkan ke Australia.
“Jadi secara langsung imbauan Paus tidak berhubungan dengan situasi kita (di Indonesia). Tetapi tentu saja, imbauan Paus bagi kita juga merupakan imbauan agar kita pengikut Yesus selalu terbuka hati, tangan dan juga tempat penampungan bagi mereka yang dalam keadaan darurat,” kata Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara itu.
200.000 Pengungsi
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meminta negara-negara Uni Eropa harus bisa menampung hingga 200.000 pengungsi dalam apa yang disebut "strategi bersama" menggantikan pendekatan "sedikit demi sedikit" untuk mengatasi krisis migran. Sekitar 137.000 orang melakukan perjalanan berbahaya melintasi Laut Mediterania ke Eropa pada paruh pertama tahun 2015.
Antonio Guterres, kepala badan pengungsi PBB (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR), hari Jumat (4/9) mengatakan Uni Eropa harus mengerahkan "kekuatan penuh" dalam menangani krisis imigran ini.
Pemimpin Uni Eropa (UE) Donald Tusk hari Kamis (3/9) mendesak sejumlah negara anggota untuk menampung minimal 100 ribu pengungsi guna mengurangi tekanan pada sejumlah negara di garda terdepan akibat meningkatnya krisis imigran.
Editor : Eben E. Siadari
Susu Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi baru, para peneliti menemukan bahwa konsumsi susu yang tidak...