PM Turki: Paus Bergabung dengan Konspirasi Jahat
ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, menuduh Paus Fransiskus "bergabung dengan konspirasi" dari "front jahat" menargetkan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Turki. Hal itu dikatakan berkaiatan dengan pernyataan Paus yang menyebutkan pembunuhan warga Armenia oleh Kesultanan Ottoman pada tahun 1915 sebagai "genosida pertama abad ke-20."
"Saat ini, front jahat sedang dibentuk melawan kami," kata Davutoglu dalam pertemuan di Ankara, rabu (15/4) ketika manifesto pemilu dan calon dari partainya diumumkan untuk pemilihan pada 7 Juni mendatang.
"Sekarang Paus telah bergabung dengan konspirasi ini," kata dia seperti dikutip media setempat, Hurriyet Daily News.
Davutoglu menggambarkan "front jahat," ini dan juga menudi oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) dan Partai Demokrasi Rakyat (HDP). Dia menuduh mereka sebagai "proyek" asing untuk merusak AKP sebelum pemilihan.
"Saya tujukan pada Paus: Mereka yang melarikan diri dari inkuisisi Katolik di Spanyol menemukan kedamaian hanya di tempat kami di Istanbul dan Izmir. Kami siap untuk membahas isu-isu sejarah, tapi kami tidak akan membiarkan orang menghina bangsa kita melalui sejarah," katanya menambahkan. Dia mengacu pada orang-orang Yahudi Sephardic yang melarikan diri dari Semenanjung Iberia dan menemukan perlindungan pada Kekaisaran Ottoman di abad ke-15.
Warga sipil Armenia diiringi oleh tentara bersenjata Utsmaniyah (Ottoman) melalui Harput (Kharpert), menuju penjara di Mezireh pada April 1915. (Foto dari Wikipedia)
Pada tanggal 14 April, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga mengecam Paus Fransiskus, dan memperingatkan dia untuk tidak mengulangi "kesalahan" menggambarkan pembunuhan massal Ottoman terhadap Armenia sebagai "genosida."
Armenia mengatakan bahwa sekitar 1,5 juta warga Armenia tewas dalam genosida yang dimulai tahun 1915 oleh Kekaisaran Ottoman. Turki menyangkal bahwa kematian sebanyak itu sebagai genosida. Pihak Turki mengatakan bahwa jumlah korban tewas dari Armenia selama deportasi massal telah dibesar-besarkan. Dan disebutkan bahwa mereka yang tewas pada tahun 1915 dan 1916 adalah korban kerusuhan umum selama Perang Dunia I.
Etyen Mahçupyan. (Foto: dari Hurriyet Daily News)
Sementara itu, Etyen Mahçupyan, orang pertama asal Armenia yang menjadi kepala penasihat pada Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu ketika dia diangkat jabatan itu, 27 Agustus 2014, telah menyebutkan bahwa pembunuhan terhadap Armenia pada tahun 1915 di tangan Kekaisaran Ottoman sebagai "genosida."
"Jika menerima bahwa apa yang terjadi di Bosnia dan Afrika adalah genosida, adalah mustahil untuk tidak menyebut apa yang terjadi dengan orang Armenia pada tahun 1915 sebagai genosida," kata Mahçupyan dalam sebuah wawancara dengan situs berita Karar.com.
Mengomentari pernyataan Paus Francis bahwa pada 12 April 1915digambarkan sebagai "genosida pertama abad ke-20," kata Mahçupyan, Vatikan telah "membuang beban psikologis selama 100 tahun."
Dia mengatakan bahwa apa yang sebenarnya perlu dipertanyakan adalah resistansi 100 tahun untuk menggunakan istilah itu. "Vatikan bisa lama mengatakan hal seperti itu, tetapi tidak melakukannya," tambahnya.
Sementara itu, Mahçupyan juga mengatakan istilah "genosida" mengandung "makna psikologis" untuk Armenia dan lain-lain, daripada "makna politik."
"Yang penting adalah menghadapi apa yang telah terjadi. Yang penting adalah untuk melihat ke dalam apa yang terjadi dan untuk menghasilkan masa depan bersama-sama, mengambil pelajaran dari itu semua," kata dia.
Kata-kata Mahçupyan itu bertentangan dengan atasannya, di mana Perdana Menteri Davutoglu dan Presiden Recep Tayyip Erdogan bereaksi marah terhadap pernyataan Paus Fransiskus.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...