Pohon Baobab Ikonik Afrika Menuju Kepunahan
AFRIKA SELATAN, SATUHARAPAN.COM – Baobab pohon kuno dari Afrika, dikenal sebagai sebagai "pohon kehidupan", dengan batang bengkak yang khas, berada di bawah ancaman kematian dalam beberapa tahun terakhir.
Sembilan dari 13 baobab tertua, berusia antara 1.000 dan 2.500 tahun, telah mati selama belasan tahun terakhir, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Plants.
Sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata studi tersebut. Perubahan iklim, dengan meningkatnya suhu dan meningkatnya kekeringan, menjadi faktor yang menjadi penyebabnya. Kematian pohon ini terjadi di negara-negara Afrika selatan, Botswana, Namibia, Afrika Selatan, Zambia, dan Zimbabwe.
"Pohon-pohon yang mati ada di bagian selatan," kata Stephan Woodborne peneliti dari National Research Foundation Afrika Selatan.
"Namun apa yang kami yakini terjadi adalah, pergeseran karena perubahan iklim dan jadi kami tidak berbicara tentang kepunahan baobab."
Para peneliti masih optimis dan meyakini bahwa anak-anak pohon baobab tidak terkena dampaknya, dan masih tumbuh di daerah tersebut. "jadi apa yang kita mungkin lihat di sini adalah, terjadi pergeseran dalam penyebaran pertumbuhan pohon baobab dalam menghadapi perubahan iklim, dimana pohon yang tua menjadi mati, dan yang baru masih tumbuh" kata Woodborne.
Pohon Baobab tumbuh di Afrika Selatan yang panas, dengan hamparan savanna yang kering, dan sering berada di area yang dijelajahi oleh gajah, badak dan satwa liar lainnya. Gajah membantu menyebarkan pertumbuhan pohon, ketika mereka memakan buah baobab, dengan biji yang sering tumbuh di kotoran gajah.
Pohon Baobab, merupakan ikon sangat khas di lansekap Afrika, karena ukuran dan bentuknya.
"Kami menemukan banyak situs arkeologi di bawah pohon-pohon ini, dan ketika kami memiliki pohon-pohon yang telah berusia lebih dari 1.000 tahun.”
Baobab menyimpan sejumlah besar air di batang dan dahannya. Pohon-pohon besar dapat menyimpan sebanyak 140.000 liter (37.000 galon) air, yang dihisap selama musim hujan. Gajah yang haus sering melucuti kulit kayu batang baobab kulit untuk mendapatkan kelembabannya.
Pohon-pohon baobab, sering dipuja oleh komunitas lokal yang terkadang berkumpul di sekitar mereka, untuk mengadakan upacara keagamaan tradisional, dan berkomunikasi dengan leluhur mereka. Orang-orang juga menggunakan buah baobab untuk membuat minuman dan dicampur dengan susu untuk makanan yang menyerupai yoghurt, atau hanya berlindung di bawah naungan pepohonan di hari musim panas yang terik. (phys.org)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...