Politisi Senior, The Elders, Dukung Konstitusi Baru Mesir
KAIRO, SATUHARAPAN.COM – Para tokoh politik senior internasional yang dipimpin oleh mantan Sekretaris Jenderan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Kofi Annan, menyatakan bahwa konstitusi baru Mesir merupakan langkah maju yang penting menuju transisi demokrasi penuh di negara itu.
Kelompok yang disebut sebagai The Elders (Sesepuh) itu menyatakan dukungan untuk rancangan konstitusi Mesir. Selain Kofi Annan, mereka adalah mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, dan mantan pejuang kemerdekaan dan Menteri Luar negeri Aljasair, Lakhdar Brahimi yang sekarang menjadi utusan PBB untuk Liga Arab.
"Mereka percaya bahwa penyusunan konstitusi menyajikan kesempatan unik dan tepat waktu bagi pemerintah untuk memastikan bahwa hak dan kewajiban setiap warga negara sepenuhnya diabadikan dalam hukum dasar bangsa," kata pernyataan tertulis yang dipublikasikan pada hari Kamis (19/12).
Beberapa anggota Sesepuh itu sempat mengunjungi Mesir ketika kelompok Islami tengah menyusun konstitusi 2012 di bawah pemerintahan Presiden Mohammed Morsi. Mereka mendesak dan menentang gagasan Ikhwanul Muslimin dan Presiden Mohamed Morsi. Namun mereka tetap tidak mengindahkan seruan itu.
Setelah Presiden Morsi digulingkan, pemerintah sementara yang menggantikannya membentuk komite beranggota 50 orang dari representasi rakyat mesir menyusun draft konstirusi baru. Sebuah referendum akan diadakan pada 14-15 Januari mendatang untuk memperoleh persetujuan rakyat atas konstitusi baru itu. Namun Ikhwanul Muslimin menyerukan akan memboikot referendum tersebut.
Pernyataan Sesepuh
Pernyataan lengkap para sesepuh yang disempaikan berbunyi:
The Elders menyambut diterbitkannya rancangan konstitusi yang irevisi, yang menandai langkah maju yang penting bagi jalan menuju transisi demokrasi penuh di Mesir.
Mereka percaya bahwa penyusunan konstitusi menyajikan kesempatan unik dan tepat waktu bagi pemerintah untuk memastikan bahwa hak dan kewajiban setiap warga negara sepenuhnya diabadikan dalam hukum dasar bangsa.
Kofi Annan, Ketua The Elders dan mantan Sekjen PBB, mengatakan:
"Konstitusi harus melindungi dan memang merayakan keragaman yang luar biasa dan warisan budaya Mesir dan mencerminkan nilai yang melekat pada pluralisme untuk masyarakat yang sehat dan bersemangat.
"Sebagai Sesepuh, kami juga sangat percaya bahwa konstitusi harus menjadi alat untuk menjaga dan meningkatkan akuntabilitas sipil. Semua pejabat publik harus bertanggung jawab atas tindakan dan penggunaan dana publik sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dalam praktik demokrasi mereka. Ketentuan ini harus berlaku untuk setiap cabang pemerintah, termasuk militer dan keamanan.
"Kami mengakui bahwa setiap masyarakat harus memilih rute yang paling cocok dengan karakter dan sejarahnya. Namun demikian, kami tetap yakin bahwa ada nilai-nilai universal tertentu yang kita semua berbagi, yang melampaui perbedaan nasional dan budaya. Kami sungguh-sungguh berharap, karena itu, bahwa nilai-nilai ini akan tercermin dalam konstitusi yang diadopsi oleh orang-orang Mesir."
Peran The Elder
Sejak awal gelombang pemberontakan muncul dan menyebar di Timur Tengah dan Afrika Utara hampir tiga tahun yang lalu, The Elders telah berdiri dengan semua orang di seluruh wilayah setia dengan sikapnya untuk menuntut martabat, kebebasan dan hak asasi manusia. Para Sesepuh itu mendukung tuntutan yang sah dan bergabung dalam panggilan untuk mengakhiri pemerintahan yang otoriter, penuh penindasan dan korupsi.
Sesepuh percaya bahwa semua anggota masyarakat, termasuk kaum muda, perempuan, kelompok agama dan minoritas, harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi penuh dalam membangun lembaga-lembaga pemerintahan. Mereka juga menyoroti kebutuhan untuk konstitusi baru untuk menegaskan hak-hak universal dan kebebasan.
Pada bulan Oktober 2012, mantan Perdana Menteri Norwegia, Gro Harlem Brundtland, mantan Presiden AS, Jimmy Carter, dan mantan Presiden Irlandia, Mary Robinson, mengunjungi Mesir untuk mendukung transisi demokrasi inklusif di negara itu.
Sejak itu, The Elders mengawasi secara ketat peristiwa yang berlangsung di Mesir, seringkali dengan keprihatinan yang mendalam. Mereka telah berulang kali meminta semua rakyat Mesir, termasuk aparat keamanan, untuk tetap tenang selama insiden yang mengguncang negara itu, seperti episode kekerasan ketika menyusul referendum rancangan konstitusi yang dipimpin oleh Presiden Mohammed Morsi, atau selama penggulingan pemerintahnya oleh militer pada musim panas 2013. (ahram.org.eg)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...