Prancis Undang AS dan Eropa Bahas Terorisme
ISIS melalui Radio Al Bayan memuji teroris pelaku serangan itu dan menyebutnya sebagai ''pahlawan''.
PARIS, SATUHARAPAN.COM – Menteri dalam negeri Prancis mengatakan bahwa negara itu akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional pada hari Minggu (11/1) dengan rekan-rekannya dari Amerika Serikat dan Eropa untuk membahas perang melawan terorisme.
Pertemuan segera itu menyusul pembantaian di kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, hari Rabu (7/1) yang membunuh 12 orang dan melukai belasan lainnya.
Sementara aparat keamanan tengah memburu dua pelaku yang bersenjata dii wilayah utara negara itu.
"Saya telah mengambil inisiatif mengundang ke Paris pada hari Minggu rekan-rekan saya dari negara-negara Eropa yang paling terkena dampak... serta rekan Amerika saya (Jaksa Agung) Eric Holder," kata Mendagri Prancis, Bernard Cazeneuve.
ISIS Memuji
Sementara itu, Radio milik kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) memuji para pelaku serangan mematikan di kantor surat kabar satire Charlie Hebdo Prancis dan menyebutnya sebagai “pahlawan” pada hari Kamis (8/1).
“Para pahlawan telah membunuh 12 jurnalis yang bekerja untuk majalah Charlie Hebdo Prancis dan melukai lebih dari 10 orang lainnya, untuk menuntut balas atas nama Nabi (Muhammad),” menurut penyataan dari radio Al-Bayan.
Sebenarnya hanya delapan wartawan yang tewas dalam serangan pada hari Rabu di kantor pusat majalah mingguan tersebut. Dari empat orang yang meninggal, dua orang merupakan polisi.
Dalam pernyataannya Al-Bayan menuduh Charlie Hebdo telah “menghina” nabi selama beberapa tahun, menambahkan bahwa “di antara mereka yang tewas terdapat kartunis yang telah mengejek Islam dan tokoh-tokoh besarnya.”
Staf Charlie Hebdo telah menjadi target ancaman pembunuhan selama bertahun-tahun, dimulai pada 2006 ketika mereka mencetak ulang 12 kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan pada tahun sebelumnya oleh surat kabar Jyllands-Posten, Denmark.
Pemimpin redaksi majalah tersebut, Stephane “Charb” Charbonnier, termasuk di antara lima kartunis yang meninggal dalam serangan tersebut, yang juga merenggut nyawa petugas polisi yang ditugaskan untuk melindunginya.
Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Kasus ini telah dikecaman secara luas di dunia, termasuk dari sebagian besar kalangan Muslim. Mesipun demikian, sejumlah kelompok ekstremis sebaliknya memujinya. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...