Presiden Afrika Tengah Mengundurkan Diri, karena Gagal Atasi Kerusuhan
BANGUI, SATUHARAPAN.COM – Presiden Republik Afrika Tengah (CAR), Michel Djotodia, mengundurkan diri di bawah tekanan kuat atas kegagalan membendung kerusuhan sektarian yang merobek negaraitu. Demikian dikatakan sebuah kelompok regional hari Jumat (10/1).
Para pemimpin Afrika bertemu di negara tetangga CAR, Chad, untuk mencari solusi atas krisis tersebut, dan mereka mengatakan mereka telah "mencatat pengunduran diri " Djotodia dan Perdana Menteri, Nicolas Tiengaye. Dia disebut terkait dengan presiden yang telah menyebabkan kelumpuhan politik.
Djotodia berada di bawah tekanan kuat dari teman-temannya, yang berkumpul di Chad hari Kamis (9/1) dalam upaya untuk mengakhiri kekerasan yang telah menyebabkan lebih dari 1.000 orang meninggal dalam sebulan terakhir.
Semua 135 anggota parlemen Republik Afrika Tengah terbang ke Chad pada hari Kamis atas perintah Presiden Chad, Idriss Deby Itno, untuk mencoba menyelesaikan krisis karena mengancam meluas ke negara-negara tetangga.
Djotodia mendapat kecaman, karena gagal membendung lingkaran kekerasan antara mantan pemberontak, terutama kelompok Muslim yang membawanya ke tampuk kekuasaan tahun lalu dengan milisi yang dibentuk oleh mayoritas Kristen.
Tekanan Tetangga
Sebelumnya, ribuan warga di Bangui, ibu kota Afrika Tengah, turun ke jalan menuntut pengunduran diri Djotodia. "Kami ingin Djotodia mundur. Kami perlu orang baru untuk memimpin negeri ini," kata salah satu pengunjuk rasa. Sementara yang lain mengatakan bahwa Djotodia harus tinggal di N'Djamena, dan menuduhnya bertanggung jawab atas pembantaian.
Meskipun dia sebenarnya akan mundur ketika masa transisi berakhir dalam waktu satu tahun, ketidakmampuannya mengatasi kekacauan di seluruh negeri mendorong tuntutan perubahan lebih cepat dalam kepemimpinan negeri itu.
Deby yang dikenal sebagai kingmaker Afrika Tengah, membuka pertemuan tingkat tinggi Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Tengah (ECCAS), hari Kamis dengan kata-kata mencolok untuk menorong pemecatan Djotodia .
"CAR ini sangat menderita dari tindakan anak-anak sendiri, yang menyeret negara mereka ke dalam perang yang membahayakan masa depan," kata dia.
Deby menyerukan "menentukan tindakan yang konkret" untuk menghentikan kekerasan yang mengadu Muslim melawan milisi pertahanan diri Kristen yang telah membunuh lebih dari 1.000 orang pada bulan lalu.
Para pimpin kawasan itu cemas, karena ada kekhawatiran bahwa kerusuhan meluas melampaui Republik Afrika Tengah yang kaya mineral itu.
Peringatan PBB
PBB telah memperingatkan bahwa kedua pemberontak eks Seleka dan mantan tentara CAR yang telah menyeberang ke Republik Demokratik Kongo, menyebabkan penduduk setempat mengungsi.
Banyak tentara melarikan diri dari negara asal mereka ketika pemberontak Seleka meluncurkan kudeta. Para pemberontak pada gilirannya didesak ketika pasukan penjaga perdamaian dari Perancis dan Afrika tiba di negara itu pada bulan Desember.
Meskipun pembantaian massal sebagian besar telah berhenti di Bangui dan ada patroli oleh pasukan penjaga perdamaian, pembunuhan sporadis sering terjadi dan hampir setiap malam.
Sebuah bencana kemanusiaan juga muncul di mana hampir satu juta orang telah meninggalkan rumah mereka di sebuah negara berpenduduk 4,6 juta orang itu.
UNICEF juga memperingatkan potensi bencana di kamp-kamp yang penuh sesak di sekitar ibu kota, dan ditemukan kasus penyakit campak yang bisa mematikan. Badan-badan bantuan telah bergabung dalam upaya kampanye vaksinasi .
Negara-negara Uni Eropa juga tengah mempertimbangkan apakah akan bergabung dalam operasi penjaga perdamaian bersama pasukan Perancis dan Afrika di negara itu. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...