Presiden Guatemala akan Pasangi Guru Alat Pelacak Supaya Tak Bolos
KOTA GUATEMALA, SATUHARAPAN.COM - Setelah menang mutlak dalam pilpres Guatemala, presiden terpilih negara itu yang mantan komedian, Jimmy Morales, melansir ide unik untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ia berjanji akan menandai guru dengan pelacak GPS dan memberikan telepon pintar kepada anak-anak miskin.
Jimmy Morales, 46, memenangi Pilpres Guatemala dengan perolehan suara meyakinkan, 67,5 persen, dengan mengusung platform kampanye antikorupsi. Sampai sekarang ia belum menjelaskan bagaimana ia memberantas korupsi di negara itu, serta mengendalikan kekerasan yang merajalela dan membendung arus migran ke AS.
"Tidak ada calon lain yang dijuluki saeperti saya mulai dari sebutan badut hingga populis, tetapi (membagi-bagikan) smartphone merupakan ide yang paling tidak populis yang pernah ada," kata Morales dalam sebuah wawancara pada hari Senin, sehari setelah kemenangannya yang besar. Dia akan dilantik pada bulan Januari.
Ia berencana mulai dengan program percontohan di sekolah-sekolah di 45 kota di Guatemala, dan mengatakan program itu tidak akan mengambil dana pemerintah.
"Kami akan memberikan (perusahaan telepon) dinding sekolah dan dinding gedung pemerintah tempat mereka menempel logo mereka," kata Morales. Ia juga mengklaim telah berbicara dengan perusahaan-perusahaan operator telekomunikasi seperti Telefonica, Tigo dan Claro, yang terbesar di negara itu .
Morales terpilih jadi presiden setelah gelombang kemarahan warga atas skandal korupsi yang menggulingkan mantan Presiden Otto Perez bulan lalu.
Morales yang tidak memiliki pengalaman di politik telah mendapat kritik dari sementara kalangan yang menyebut eberapa kebijakannya eksentrik. Para kritikus mengatakan ide-idenya tentang bagaimana menangani dbeberapa tantangan besar Guatemala seperti merebaknya kekerasan dan migrasi tidak berdokumen, tidak jelas.
Morales mengatakan ekonomi terbesar di Amerika Tengah harus fokus pada memperkuat investigasi kriminal untuk mengatasi pelanggaran hukum, bukannya beralih ke militer. Ini dia maksudkan untuk menenangkan kekhawatiran bahwa hubungan partainya dengan angkatan bersenjata dapat menyebabkan peran yang lebih besar bagi militer selama masa empat tahun ke depan.
Dia mengatakan militerisasi ala Honduras tidak akan bekerja untuk Guatemala, meskipun cara itu telah membantu membendung pertumpahan darah di kawasan Amerika Tengah, yang memiliki salah satu tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.
"Kami lebih mengandalkan pada investigasi kriminal," katanya dalam wawancara. "Investasi dalam keamanan tidak melakukan apa-apa jika sistem peradilan tidak bekerja."
Dia juga mengangkat ide menugaskan unit rekayasa dalam militer, salah satu lembaga yang paling buram negara, untuk membangun jalan dan jembatan.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...