Presiden Korsel Serukan Reuni Keluarga dan Reunifikasi Antara Dua Korea
SEOUL, SATUHARAPAN.COM - Presiden Korea Selatan, Park Geun - Hye mengusulkan kembali reuni keluarga yang terpisah akibat Perang Korea, setelah tawaran sebelumnya dibatalkan oleh Pyongyang. Seoul juga berjanji meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Korut. Hal ini disampaikan dalam jumpa pers Tahun Barunya yang ditayangkan televisi Senin (6/1).
Presiden Park menghendaki reuni dapat diadakan pada Tahun Baru China atau Imlek tanggal 31 Januari untuk “menyembuhkan hati yang luka.”
Korea Utara pada bulan September tahun lalu membatalkan reuni yang dijadwalkan bagi keluarga yang terpisah oleh perang Korea, hal ini menimbulkan pukulan emosional yang berat bagi banyak orang tua di Korea Selatan yang merindukan dapat bertemu, mungkin untuk terakhir kali, dengan keluarga yang selamat.
Setelah melewati proses seleksi yang melelahkan, 96 warga Korea Selatan ditetapkan berangkat ke Gunung Kumgang Korea Utara, untuk pertemuan tatap muka dengan anggota keluarga mereka yang telah 60 tahun lebih tak bertemu. Pertemuan ini sedianya akan menjadi reuni pertama massal, setelah tiga tahun terakhir ditiadakan. Namun, dalam beberapa hari sebelum hal itu terjadi, Pyongyang menunda acara tersebut dengan alasan menyalahkan Korea Selatan mengobarkan rasa "permusuhan".
Kang Neung - Hwan, 92 tahun, yang sangat berharap untuk melihat anaknya, yang tinggal di Utara, mengatakan kepada kantor berita Yonhap, "Saya sangat kecewa. Ini semakin menyakitkan bagi saya untuk menunggu untuk melihat anak saya . ."
"Saya berharap bahwa anggota keluarga manula yang terpisah, akan diizinkan untuk bertemu sekitar Tahun Baru Imlek dan hal ini membantu menyembuhkan luka di dalam hati mereka," kata Park dalam pidatonya.
Dia mengatakan Korea Selatan akan meningkatkan bantuan kemanusiaan dan meningkatkan pertukaran dengan Korea Utara tahun ini. Seoul tahun lalu ditawarkan â© 13.5 miliar (US$ 12.7 juta) bantuan untuk dana operasional Korea Utara dari organisasi internasional seperti UNICEF.
Presiden Park mendesak Pyongyang untuk memberikan momentum baru guna meningkatkan hubungan antar - Korea melalui reuni tersebut.
Reuni keluarga yang terpisah sporadis mulai diatur dengan sungguh-sungguh mengikuti KTT antar-Korea yang bersejarah pada tahun 2000 dan diperkirakan 17.000 orang telah bersatu kembali sejak saat itu.
Tapi pertemuan dihentikan lagi pada tahun 2010 setelah penembakan Korea Utara terhadap sebuah pulau perbatasan Korea Selatan.
Pada tahun lalu, Korea Utara melakukan serangkaian tindakan provokatif, termasuk uji coba nuklir ketiga, ancaman serangan militer dan penutupan sepihak dari zona industri antar-Korea.
Park mengatakan situasi keamanan di semenanjung Korea adalah "lebih berat dari sebelumnya". Dia menyerukan diakhirinya "ancaman perang" dan menawarkan kedua negara untuk "membuka era reunifikasi".
"Eksekusi baru-baru ini terhadap Jang Song - Thaek telah membuat lebih sulit untuk memprediksi (apa yang akan terjadi pada hubungan antara Selatan dan Utara), " kata Park.
"Tak seorang pun di dunia dapat memprediksi apa yang akan terjadi ke Korea Utara dan tindakan apa, hingga kapan, " kata Park.
"Kami membuat persiapan untuk segala macam kemungkinan." Kedua Korea secara teknis masih dalam perang karena Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai pada tahun 1953.
"Tahun depan akan menandai 70 tahun sejak pemisahan negara," kata Park. "Kita harus membebaskan diri dari konfrontasi, ancaman perang dan nuklir dan membuka era reunifikasi. Kita harus membuat persiapan untuk itu."
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...