Presiden Minta Televisi Tambah Sisi Moralitas Rohani
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Joko Widodo meminta tayangan televisi mampu memberikan nilai positif. Selain itu, Presiden juga meminta ada penambahan sisi-sisi moralitas rohani dan hal yang bersifat nasionalisme, seperti ada lagu Indonesia Raya.
"Jadi kreativitas dan pembuat-pembuat acara diharapkan berkonten positif dalam mendorong menghibur, juga ada unsur pendidikan. Juga penambahan sisi-sisi moralitas rohani dan juga hal yang bersifat nasionalisme, seperti ada lagu Indonesia Raya dan sebagainya," ujar Presiden Jokowi Jokowi saat menerima Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Sekertaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Judhariksawan dan para direktur program televisi swasta dan negeri, di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (21/8).
Presiden berpendapat siaran di televisi sebaiknya tidak memandu publik menjadi konsumtif dan percaya akan takhayul. “Seharusnya justru mengedukasi masyarakat dan memberikan pola pikir positif serta membangun," ujar Presiden Jokowi.
Jokowi juga menyampaikan program televisi memang mencari rating tinggi, namun pencapaian rating tersebut diharapkan tetap mendidik pemirsanya sekaligus menghibur. Diharapkan dengan adanya penayangan lagu-lagu kebangsaan tersebut di dalam siaran televisi dapat meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat.
"Saya harap program televisi tidak hanya sekadar menghibur tapi mendidik serta mengisi optimisme masyarakat. Saya kira kreativitas bisa menonjolkan hal tersebut," ujar Presiden Jokowi.
Meski demikian, Presiden menegaskan tidak ingin mengekang kebebasan pers Indonesia.
Konsumtif ke Produktif
Sementara itu, Tim Komunikasi Presiden, Teten Masduki, menjelaskan maksud pertemuan Presiden Jokowi dengan para direktur program televisi swasta dan negeri adalah untuk menghadirkan konten yang positif, inspiratif, dan mendidik tanpa melupakan unsur hiburan, di televisi.
"Meski siaran televisi sudah menjadi tontonan masyarakat sehari-hari, masih banyak program TV yang tidak mendidik. Bentuknya bisa berupa iklan, program perbincangan (talkshow) maupun sinetron," ujar dia.
Dalam pertemuan itu Presiden menekankan pentingnya televisi ikut mendorong perubahan mental masyarakat. Nilai-nilai yang diinginkan untuk berubah adalah dari pola hidup konsumtif ke produktif, dari pesimistis menjadi optimistis, dari takhayul ke rasional, dari tradisional ke modern.
Teten menambahkan dalam pertemuan itu Presiden juga mengklarifikasi mengenai pidatonya saat Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD 2015 terkait media yang hanya mengejar rating.
Teten mengungkapkan dalam pidato tersebut, Presiden mengkritik program televisi yang hanya mengejar rating dengan mengabaikan pendidikan moral, padahal berbagai tayangan itu ditonton anak-anak dan keluarga. "Menurut Presiden, kritik itu muncul karena cukup banyak tokoh agama dan tokoh masyarakat yang mengeluh kepada Presiden," kata Teten.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...