Presiden: Pengelolaan Penanganan Korban Sinabung Diubah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penanganan masyarakat yang terkena imbas letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara akan diubah, mengingat perkiraan letusan yang bersifat jangka panjang.
"Dengan kejadian erupsi Sinabung mulai lagi dan informasi yang saya terima dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang memperkirakan erupsi akan berlangsung selama 5 tahun, penanganannya perlu pola baru sehingga mereka merasa selesai persoalannya," kata Presiden Joko Widodo, saat membuka rapat terbatas penanganan korban letusan Gunung Sinabung di Kantor Presiden Jakarta, Kamis (2/7).
Presiden menambahkan, "Saya sudah mengirim beberapa tim ke sana, yang kita baca di lapangan sekarang mereka sudah tidak mau lagi menerima kunjungan."
"Sebab itu, jika penyelesaian masalah secara permanen sudah ditemukan, baru saya mau berkunjung ke sana. Kalau belum, dan hanya membawa bantuan, saya kira Mensos bisa melakukan itu," kata Presiden.
Informasi yang dikutip dari situs web bnpb.go.id menyebutkan semua parameter kegunungapian, baik visual maupun seismisitas dari Gunung Sinabung, masih sangat tinggi. Guguran lava pijar terus menerus berlangsung sepanjang Minggu-Senin (28-29/6) sehingga menimbulkan hujan abu di sisi timur, tenggara, dan selatan Gunung Sinabung.
Pada Minggu (28/6) terjadi 116 kali guguran, 14 kali gempa hibrid, tremor terus-menerus terjadi, dan 3 kali luncuran awan panas sejauh 3 - 3,5 km ke tenggara-tTimur. Tinggi kolom abu vulkanik tercatat 3.000 meter.
Pada Senin (29/6) hingga pukul 13.00 WIB telah terjadi 67 kali guguran, 38 gempa hibrid, dan tremor terus-menerus.
Pada 07.18 WIB terjadi erupsi dan luncuran awan panas guguran sejauh 3.000 meter ke sektor tenggara, tinggi kolom abu vulkanik 2.000 meter. Kota Kabanjahe diguyur hujan abu. Dengan kondisi seperti itu, potensi erupsi masih akan terus berlangsung cukup lama. Hujan abu akan terus-menerus turun di sekitar Gunung Sinabung dengan status masih "Awas" (level IV).
Jumlah pengungsi saat ini 3.150 keluarga (10.645 jiwa), tercatat ada 780 lansia, 76 ibu hamil, 220 bayi, dan 747 balita. Mereka adalah kelompok rentan pengungsi yang harus memperoleh perhatian khusus.
Material erupsi telah melumpuhkan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar Gunung Sinabung. Sektor pertanian dan perkebunan adalah sektor yang paling terpukul akibat erupsi.
Lahan pertanian dan perkebunan seluas 46.935 hektare (ha) rusak berat. Kerusakan terbesar terjadi pada tanaman cabai (1.701 ha) dan buah jeruk (1.177 ha) yang merupakan tanaman paling banyak ditanam petani di Gunung Sinabung. Kondisi ini menyebabkan petani gagal panen dan tanaman hancur. Total kerugian dan kerusakan di sektor pertanian dan perkebunan mencapai Rp 817 miliar.
Dengan demikian, percepatan dalam penanganan dan pemulihan erupsi Gunung Sinabung perlu dilakukan, dan dukungan semua pihak diperlukan untuk mengatasi dampaknya. (Ant/bnpb.go.id)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...