Presiden Suriah Siap Calonkan Diri Lagi dalam Pemilu
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Presiden Rusia Bashar al-Assad bersedia menggelar pemilu parlemen dan pemilu presiden serta siap untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden, kata seorang legislator Rusia kepada AFP dari Damaskus, Minggu (25/10).
“Dia siap menyelenggarakan pemilu dengan partisipasi semua kekuatan politik yang ingin menyejahterakan Suriah,” kata legislator Rusia Alexander Yushchenko melalui telepon, setelah menemui Assad di ibu kota Suriah sebagai bagian dari delegasi.
Assad menyatakan dia siap berpartisipasi dalam pemilu “jika orang-orang tidak menentangnya,” tambah Yushchenko, berbicara setelah pertemuan selama 1,5 jam yang juga dihadiri legislator Rusia dan tokoh-tokoh lainnya.
“Dia sangat percaya diri.”
Yushchenko, anggota Partai Komunis, menekankan bahwa Assad siap membahas reformasi konstitusi dan pemilu hanya setelah Suriah “bebas” dari ISIS.
Pengumuman tersebut diduga akan menimbulkan kemarahan pemberontak moderat yang didukung Barat serta Washington dan sekutunya yang menyatakan tidak ada masa depan untuk Assad di Suriah pascakonflik.
Tak Ada Masa Depan untuk Assad di Suriah
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Adel al-Jubeir pada hari Minggu (25/10) berkomentar setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir di Kairo, dan sehari setelah Arab Saudi dan AS menyerukan upaya internasional yang lebih besar untuk memulihkan stabilitas di Suriah tanpa Assad.
“Ada sejumlah konsultasi internasional yang sedang berlangsung tentang pelaksanaan usulan Jenewa 1,” ujar Jubeir dalam sebuah konferensi pers, mengacu pada inisiatif 2012 untuk pemerintahan transisi Suriah.
“Saya pikir telah ada beberapa kemajuan sejauh ini... tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa kami sudah mencapai kesepakatan dan perlu ada konsultasi lebih sering,” katanya.
Jubeir mengatakan bahwa “sebagian besar negara” memiliki pandangan yang sama dengan kerajaan tentang bagaimana mengatasi konflik yang telah berlangsung selama empat tahun.
“Kami berkomitmen untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip Jenewa untuk membentuk otoritas transisional yang menerapkan konstitusi dan mengarahkan pemerintahan dan militer menjelang pemilu,” katanya.
“Dan Bashar al Assad tidak akan memiliki peran dalam masa depan Suriah. Itu adalah posisi kerajaan dan itu adalah posisi sebagian besar negara di dunia,” katanya.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Raja Salman Arab Saudi pada Sabtu (24/10) menyerukan upaya internasional yang lebih besar untuk memulihkan stabilitas di Suriah tanpa Assad. (AFP)
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...