Presiden Turki Temui Delegasi Lobi Yahudi
ANKARA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada hari Selasa (9/2) menerima delegasi terkemuka yang mewakili kelompok lobi Yahudi yang berpengaruh di Amerika Serikat. Pertemuan itu menandai kesediaan Turki untuk normalisasi hubungan bilateral dengan Israel.
Erdogan menerima Presiden Konferensi Organisasi Utama Yahudi Amerika dan diqa didampingi Presiden Komunitas Yahudi Turki, Ishak Ä°brahimzadeh, pada pertemuan tertutup di istana presiden.
Menurut media Turki, Hurriyet, para pejabat Turki dengan ketat tutup mulut pertemuan itu. Namun, televisi Channel 2 Israel melaporkan bahwa perwakilan dari Liga Anti-Fitnah (ADL) dan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) juga hadir di antara delegasi itu.
Malcolm Hoenlein, wakil ketua konferensi, yang dianggap sebagai teman dekat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tiba dalam pertemuan di Ankara langsung dari Yerusalem, menurut The Times of Israel, sebuah surat kabar online Israel berbahasa Inggris yang berbasis di Yerusalem.
Delegasi itu juga mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, pada malam hari itu.
Pada awal Januari, Erdogan sempat mengatakan bahwa Turki dan Israel adalah dua negara di Timur Tengah yang saling membutuhkan.
"Israel sangat membutuhkan sebuah negara seperti Turki di wilayah tersebut. Kita harus mengakui bahwa kita juga perlu Israel," kata Erdogan ketika itu.
Pada akhir Januari, Netanyahu menyatakan harapannya mengenai normalisasi hubungan dengan Turki, dan dia mengatakan mereka dalam pembicaraan dengan Turki untuk memulihkan hubungan.
Dadalm pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Netanyahu mengatakan kepada Anadolu, kantor berita resmi Turki, "Kami berbicara dengan mereka (pejabat Turki), dan mereka berbicara kepada kami dan jika kita berhasil, hasilnya akan baik bagi kedua negara."
Hubungan Turki dan Israel menjadi tegang pada 31 Mei 2010, ketika pasukan Israel menyerbu aktivis untuk Gaza yang menewaskan 10 orang di atas kapal Mavi Marmara. Sebagian besar aktivis adalah orang Turki, dan kapal itu merupakan yang terbesar dari enam kapal dalam armada tersebut.
Lebih dari lima tahun kemudian, Turki dan Israel memulai pembicaraan untuk menormalkan hubungan keduanya, seperti dikonfirmasi dari sumber-sumber diplomatik Turki pada bulan Desember.
Untuk memulihkan hubungan, Turki menuntut permintaan maaf dari Israel, dan kompensasi untuk keluarga korban yang tewas dalam serangan itu serta pencabutan blokade Israel yang telah berlangsung delapan tahun di Gaza.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...