Presiden Ukraina: Tidak Mungkin Pergi ke Moskow untuk Pembicaraan Akhiri Perang
KIEV, SATUHARAPAN.COM- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah mengesampingkan kemungkinan di menuju ke Moskow untuk pembicaraan langsung dengan para pemimpin Rusia untuk mengakhiri perang, katanya seperti dikutip pada hari Kamis (21/4).
“Atas nama negara saya, saya akan siap mengunjungi tempat mana pun di planet ini. Tapi tentu saja tidak sekarang dan tentu saja bukan Moskow.
Itu tidak mungkin,” katanya kepada media Rusia, Mediazona, dalam wawancara yang diterbitkan ulang oleh surat kabar Austria Der Standard.
“Namun demikian, dalam situasi yang berbeda dan dengan penguasa yang berbeda di Moskow, apa pun akan mungkin terjadi,” tambahnya dikutip Reuters.
Wawancara itu muncul saat Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengklaim kemenangan dalam pertempuran terbesar perang Ukraina.
Zelenskyy mengatakan dalam wawancara bahwa kepemimpinan politik Rusia telah membuat “kesalahan besar” dengan menginvasi negaranya dan telah menyeret rakyat Rusia ke dalam tanggung jawab para pemimpin mereka.
“Mulai sekarang, banyak negara tidak akan lagi peduli dengan pertanyaan apakah seseorang adalah orang Rusia yang baik atau buruk. Semua orang Rusia akan diperlakukan dengan buruk. Rusia telah mencapai itu. Pada akhirnya, itu bukan urusan saya, tetapi itu seharusnya menakuti orang-orang Rusia,” katanya.
Rusia Lakukan Disinformasi
Sementara itu, Amerika Serikat percaya bahwa klaim Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk merebut kendali penuh atas kota pelabuhan Mariupol yang terkepung di Ukraina adalah “disinformasi”, kata Departemen Luar Negeri AS, Ned Prince, hari Kamis (21/4).
“Kami memahami bahwa pasukan Ukraina terus bertahan dan ada banyak alasan untuk percaya bahwa penampilan Presiden Putin dan menteri pertahanannya di media yang kami lihat dalam beberapa jam terakhir bahkan lebih banyak disinformasi dari buku pedoman mereka yang sudah usang,” kata Price dalam jumpa pers.
Sejak awal perang Rusia di Ukraina pada 24 Februari, Washington menuduh Moskow meluncurkan “kampanye disinformasi” yang digunakannya untuk menciptakan dalih palsu untuk membenarkan tindakannya dan memutar propaganda serta narasi yang menyimpang dari peristiwa nyata di lapangan.
Putin pada Kamis mengklaim kemenangan Rusia di Mariupol dan membatalkan operasi untuk menyerbu pabrik baja Azovstal, benteng utama Ukraina yang tersisa di kota pelabuhan yang terkepung itu.
Mariupol telah dibombardir tanpa henti selama berminggu-minggu. Ini adalah target strategis bagi Rusia yang akan memungkinkan Moskow untuk membangun kendali atas wilayah yang menghubungkan Donbas di tenggara Ukraina dengan wilayang yang dicaplok, Krimea.
Pasukan Rusia baru-baru ini memfokuskan serangan mereka di kota pelabuhan di pabrik baja Azovstal, tempat ribuan tentara dan warga sipil mencari perlindungan.
Menurut Menteri PertahananRusia, Sergey Shoigu, pasukan Rusia "tiga hingga empat hari" lagi untuk merebut kendali pabrik, kantor berita negara TASS melaporkan. Tapi Putin membatalkan serangan itu.
“Dalam hal ini, kita perlu memikirkan, maksud saya, kita selalu perlu memikirkannya, tetapi khususnya dalam kasus ini, kita perlu berpikir tentang melestarikan kehidupan dan kesehatan prajurit dan perwira kita. Tidak ada alasan untuk menembus jalur bawah tanah ini dan di bawah fasilitas industri ini," kata Putin dikutip TASS.
Dia memerintahkan agar pabrik itu “diblokir sehingga bahkan seekor lalat pun tidak bisa masuk atau keluar,” dan orang-orang Ukraina di dalamnya ditawarkan untuk meletakkan senjata mereka dengan imbalan amnesti.
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...