Pulau Jawa Butuh Kereta Supercepat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri BUMN Dahlan Iskan menilai sudah saatnya Indonesia, khususnya Pulau Jawa, memiliki kereta api supercepat seperti yang dioperasikan di negara-negara maju, yaitu Jepang, China, dan Prancis.
"Realisasi pengoperasian kereta api supercepat sudah sangat mendesak, karena Pulau Jawa membutuhkan alat transportasi darat yang handal dan mengangkut dalam jumlah besar," kata Dahlan seusai membuka seminar BUMN Outlook 2014, "Menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015", di Jakarta, Rabu (29/1).
Dia berpendapat, perlunya percepatan pengadaan kereta supercepat tersebut selain dapat mengatasi masalah kemacetan, juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah itu.
"Tidak perlu secepat Shinkansen (kereta api cepat Jepang, Red), cukup 100 km per jam saja sudah sangat bagus. Pokoknya harus lebih cepat dari yang sekarang," ujar Dahlan.
Ia menambahkan, saat ini kecepatan tempuh kereta api Jakarta-Surabaya masih sekitar 5 jam. Jika dengan kereta api supercepat bisa ditempuh dengan hanya sekitar 2 jam.
Diketahui, Pemerintah saat ini sedang merencanakan pembangunan kereta supercepat Jakarta-Surabaya.
Investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek kereta supercepat tersebut diperkirakan mencapai Rp 60 triliun-Rp 70 triliun yang bersumber dari dana hibah Pemerintah Jepang.
Saat ini proyek tersebut sedang memasuki tahap penyelesaian studi kelayakan, dengan alternatif rute yang masih dalam pembahasan yaitu Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, Jakarta-Bandung-Cirebon-Semarang-Surabaya, dan rute Jakarta-Cikarang-Bandung-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Dahlan menambahkan, saat ini teknologi kereta supercepat hingga di atas 300 km per jam, sehingga waktu tempuh antara Jakarta dan Surabaya hanya sekitar 2,5 jam.
"Tetapi China, saat ini menjadi negara dengan kereta api tercepat di dunia. Mereka terus melakukan inovasi, dan tidak lagi mengembangkan kereta api cepat jarak dekat, tapi sudah kereta jarak jauh ribuan kilometer," ujar dia.
Ia menggambarkan, kereta api di China, rute Beijing-Shanghai dengan jarak sekitar 3.000 kilometer bisa ditempuh dalam waktu sekitar 4-5 jam atau setara dengan Jakarta-Medan.
Meski begitu, Dahlan berpendapat realisasi pengoperasian kereta api supercepat di Tanah Air masih sulit, karena dibutuhkan pembangunan kereta baru yang relatif lurus.
"Saat ini jalur kereta kita masih merupakan peninggalan Belanda, yang relatif berkelok atau tidak cocok untuk jalur kereta supercepat," ujar Dahlan.
Fisik rel pun harus lebih lebar dari sekarang, ditambah keharusan pembebasan lahan dalam jumlah besar.
Terkait rencana Pemerintah tersebut, Dahlan mengaku BUMN belum mendapat penugasan untuk ikut di dalamnya.
"Belum tahu. Tapi, saya berpikiran kalau implementasi pembebasan lahan menjadi kendala, maka boleh juga jalurnya dibangun di atas laut," kata Dahlan. (Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...