Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:48 WIB | Kamis, 13 Agustus 2015

Puluhan Ribu Jiwa di Indonesia Terancam Kematian Prematur

Ilustrasi pencemaran dari PLTU batubara membahayakan kesehatan dan mengakibatkan kematiamn . (Foto: greenpeace.org)

JAKARTA , SATUHARAPAN.COM - Tim peneliti Universitas Harvard, menyebutkan 15.700 jiwa di Indonesia akan terancam kematian dini per tahun, akibat menghisap partikel halus polusi udara dari pembangkit listrik tenaga uap batu bara.

Peneliti Harvard University Shannon Koplitz di Jakarta, Rabu (13/8), mengatakan emisi dari pembangkit listrik tenaga batu bara membentuk partikel dan ozon yang merugikan kesehatan manusia.

Angka-angka mengkhawatirkan, yang dihasilkan dari model atmosfer transport-kimia GEOS-Chem, yang digunakan oleh tim peneliti dari Universitas Harvard, menunjukkan saat ini partikel mikroskopik (PM2.5),  yang terbentuk dari emisi sulfur, nitrogen oksida, dan debu yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara yang beroperasi di Indonesia, menyebabkan 2.700 jiwa rentan terkena stroke, 2.300 jiwa terkena jantung iskemik, 300 jiwa terkena paru-paru, dan 1.200 jiwa terkena penyakit pernafasan dan kardiovaskular lainnya.

Semua itu, menurut dia, memicu kematian dini 6.500 jiwa per tahun, akibat menghirup partikel mikroskopik PM2.5.

Berdasarkan model atmosfer transport-kimia GEOS-Chem tersebut, juga diketahui proyeksi kematian prematur akibat polusi PLTU Batubara mencapai 15.700 jiwa, saat jumlah pembangkit baru 22.000 megawatt (MW) telah beroperasi.

Dengan rincian 6.600 jiwa akan terkena stroke, 5.600 jiwa terkena jantung iskemik, 800 jiwa terkena paru-paru, dan 2.700 jiwa terkena penyakit pernafasan dan kardiovaskuler lainnya.

Menurut dia, Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan rencana terbesar untuk memperluas industri batu bara, namun sedikit yang telah dilakukan untuk mempelajari dampak kesehatan yang ditimbulkannya.

"Hasil penelitian kami menunjukkan,  ekspansi batu bara yang direncanakan secara signifikan dapat meningkatkan tingkat polusi di seluruh Indonesia.

“Biaya kesehatan manusia , dari meningkatnya polusi batu bara ini harus dipertimbangkan ketika membuat pilihan tentang masa depan energi Indonesia," kata  dia.

Ahli batu bara dan polusi udara Greenpeace Lauri Myllyvirta mengatakan, setiap pembangkit listrik berbahan bakar batu bara baru berarti berisiko bagi kesehatan orang-orang Indonesia, pembangkit listrik batu bara yang diusulkan di Batang saja bisa menyebabkan 30.000 kematian dini melalui masa operasi 40 tahun.

Ketika biaya energi terbarukan menurun dengan cepat, dan dampak kesehatan yang serius batu bara diperhitungkan, menjadi jelas bahwa ekonomi Indonesia akan mendapat manfaat lebih besar dari pengembangan energi terbarukan modern.

Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Hindun Mulaika mengatakan, Presiden Jokowi memiliki pilihan, tetap dengan pendekatan bisnis seperti biasa untuk menghasilkan listrik dan mengambil  kehidupan ribuan orang Indonesia, atau memimpin perubahan dan ekspansi yang cepat untuk energi yang aman, bersih, yaitu energi terbarukan.

"Laporan baru penelitian tim Universitas Harvard dan Greenpeace ini,  jelas menunjukkan polusi batu bara yang berdampak pada kehidupan rakyat Indonesia.  Hidup berusia pendek akibat penyakit stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, penyakit jantung, serta pernapasan lainnya, dan sedihnya dampak kesehatan juga banyak mencakup kematian pada anak-anak," katanya.

Menurut dia, ada juga biaya ekonomi yang serius, hingga saat ini, belum diperhitungkan. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home