Putin Sebut Pembantaian Armenia oleh Ottoman sebagai Genosida
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM – Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah bergabung dengan daftar pemimpin dunia dan pemerintah yang menyebutkan pembunuhan warga Armenia di tangan Kekaisaran Ottoman sebagai "genosida."
Sebelumnya parlemen Austria mengeluarkan deklarasi yang sama, dan mendorong Turki untuk memanggil pulang duta besarnya dari Wina. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat masih enggan menyebut tragedi itu sebagai genosida, dan menyebut sebagai Meds Yerghem, dari bahasa Armenia yang berarti bencana besar.
"24 April 1915 adalah tanggal sedih, terkait dengan salah satu peristiwa yang paling mengerikan dan dramatis dalam sejarah manusia, genosida orang-orang Armenia," kata Putin dalam sebuah pernyataan ‘’Dunia Tanpa Genosida’’ yang naskahnya diposting pada website Kremlin, seperti dikutip media Turki, Hurriyet Daily News.
Putin dan Presiden Prancis, François Hollande termasuk di antara para pemimpin dunia yang bergabung dengan peringatan seabad Genosida Armenia di kota Yerevan, Armenia, pada Jumat (24/4).
"Seratus tahun kemudian, kita menundukkan kepala kita dalam memori untuk semua korban tragedi ini, yang di negara kita selalu dirasakan sebagai rasa sakit dan kemalangan kita sendiri," kata Putin.
"Masyarakat internasional harus melakukan semua hal yang bisa untuk mencegah kekejaman seperti itu terjadi lagi di mana pun," tegasnya.
Pernyataan Austria
Sehari sebelumnya parlemen Austria mengeluarkan deklarasi yang menggambarkan pembunuhan pada 1915 terhadap orang Armenia oleh Ottoman Turki sebagai "genosida" dan secara serius merusak hubungan kedua negara dengan Turki memanggil pulang duta besarnya.
Enam partai di parlemen Austria menggelar acara mengheningkan cipta untuk mengenang para korban Armenia setelah mengeluarkan deklarasi bersama. "Ini adalah tugas kita untuk mengakui dan mengutuk peristiwa mengerikan sebagai genosida karena tanggung jawab historis; monarki Austria-Hongaria adalah sekutu Kekaisaran Ottoman dalam Perang Dunia I," kata pernyataan itu.
"Hal ini juga tugas Turki untuk secara jujur ââmengakui bagian sejarah yang gelap dan menyakitkan." Menurut Hurriyet, sekitar 268.000 orang asal Turki tinggal di Austria, hampir 115.000 di antaranya adalah warga negara Turki, menurut angka pemerintah.
Turki telah mengakui bahwa orang Armenia dibunuh oleh pasukan Ottoman selama Perang Dunia I, tapi membantah adanya serangan sistematis terhadap penduduk sipil secara besar-besaran sebagai "genosida."
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan telah menyampaikan pernyataan bela sungkawa atas hilangnya nyawa warga Armenia selama Perang Dunia I, namun menolak hal itu sebagai genosida.
Sementara itu, parlemen Jerman mengadopsi mosi dan menggunakan istilah "genosida" pada awal bulan ini. Sementara Paus Fransiskus menyebutkan pembantaian itu sebagai "genosida" pertama abad ke-20.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...