Radikalisme Tak Sesuai Konsep Islam Rahmatan Lil Alamin
JOMBANG, SATUHARAPAN.COM – Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mujib Qulyubi mengatakan radikalisme dan ekstremisme tidak sesuai dengan konsep Islam yang rahmatan lil alamin. Sebab, Islam yang rahmatan lil alamin senantiasa mengedepankan rasa toleransi, sopan, santun, perdamaian, kasih sayang, dan keadilan.
“Paham radikalisme sesungguhnya tidak rahmatan lil alamin. Islam yang rahmatan lil alamin selalu mengedepankan toleransi, sopan, santun, perdamaian, keadilan, rasa kasih sayang, dan lain sebagainya,” ujar Mujib saat ditemui satuharapan.com di sekitar kawasan Muktamar ke-33 NU, Alun-alun Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Senin (3/8).
Oleh karena itu, menurut dia, Muktamar ke-33 NU mengusung tema ‘Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia’. Tujuannya, mempertahankan Islam yang bercorak nusantara di Indonesia, kemudian menyebarkannya ke dunia internasional.
“Islam yang bercorakan nusantara ini harus dipertahankan, Islam yang penuh toleransi sesuai dengan konsep Islam yang rukun tanpa membedakan apa pun,” ujar Mujib.
Sebab, dia melanjutkan, Islam Nusantara artinya Islam yang menghargai budaya, tradisi, keberadaan agam lain, tanpa perlu menghilangkan prinsip Islam sendiri dan tidak lepas dari Alquran dan hadis. Salah satu contohnya, umat Islam Tanah Air mengenakan peci berwarna hitam, sebagai tanda orang Indonesia.
“Konsep Islam Nusantara itu menghargai budaya, tradisi, agama lain, tapi tidak kehilangan prinsip Islam itu sendiri dan tidak tercabut dari Alquran dan hadis. Atau, ciri lain dari konsep Islam Nusantara itu kita pakai peci hitam yang tandanya orang Indonesia,” kata Mujib.
“Jadi tidak bertentangan antara tradisi nusantara dengan ajaran Islam,” dia menambahkan.
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...