Rahmat Itu Bernama Keluarga
Kesetian menjadi landasan utama dalam memelihara rahmat Allah itu.
SATU HARAPAN.COM – Dalam sebuah penelitian, Steven Convey—penulis buku The 8 Habits—menanyakan 3 hal terpenting dalam hidup kepada para respondennya. Tentu banyak jawaban muncul, di antaranya: karier, uang, sahabat, rumah, dan hobi. Namun, 95% responden mengatakan hal yang sama dari tiga hal terpenting dalam hidup mereka: keluarga.
Meskipun kerapuhan insitusi keluarga tampak makin meningkat pada abad XXI ini, ternyata masih banyak pribadi menempatkan keluarga sebagai hal terpenting dalam hidupnya.
Apa pentingnya keluarga? Pertama, sebagai pelabuhan. Seperti halnya kapal setelah berlayar di laut lepas membutuhkan pelabuhan untuk membuang jangkar—menimba energi baru; manusia juga membutuhkan tempat berlabuh, tempat untuk berbagi kisah, tempat untuk melepas lelah, tempat untuk mencurahkan cinta, tempat untuk membagi dan menerima kehidupan. Tempat itu adalah keluarga. Ada peribahasa: ”Sejauh-jauh bangau terbang akhirnya ke pelimbahan juga.”
Kedua, sebagai sumber energi. Banyak orang ternama menuturkan bahwa kesuksesan hidup mereka tidak lepas dari cinta dan dukungan keluarga. Sebut saja: Bill Clinton, Thomas A. Edison, dan Ronald Reagan. Seorang bijak berkata: ”Tidak ada keberhasilan apa pun yang dapat menggantikan kegagalan dalam berkeluarga.” Artinya: meskipun seseorang mampu meniti kesuksesan karier hingga puncak, dihormati di mana-mana; tetapi kalau keluarganya hancur, hubungan dengan anggota keluarga berantakan, keberhasilan itu tetap saja terasa hambar.
Ketiga, sebagai tempat persemaian cinta kasih. Ada ungkapan: ”We must remember that love begins at home, and we must also remember that the future of humanity passes through the family.” Kita harus ingat bahwa cinta dimulai dari keluarga, dan kita juga harus ingat bahwa masa depan kemanusiaan berjalan melalui keluarga.
Ketiga hal tadi menunjukkan betapa keluarga merupakan sel vital dalam masyarakat. Melalui keluargalah, cita-cita, persaudaraan, dan nilai-nilai luhur dikembangkan. Karena itu, upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup berkeluarga sungguh keniscayaan. Salah satu upaya itu adalah dengan berlaku setia.
Setia berarti berpegang teguh, tetap, tidak berpaling, tidak goyah, tidak berubah-ubah apa pun keadaannya, berapa pun harga yang harus dibayar. Kesetiaan adalah tanda bukti kasih yang tidak mudah luntur oleh badai hidup. Karenanya, kesetiaan mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan pribadi maupun bersama, bahkan bukti kualitas hidup seseorang.
Kita bisa bayangkan betapa rapuhnya keluarga jika suami dan istri tidak memiliki kesetiaan pada janji perkawinan. Bukan hanya anak-anak yang menanggung derita, tetapi masyarakat juga akan mewarisi model manusia yang hanya tahu menyenangkan diri sendiri. Kalau setiap pribadi tidak memiliki kesetiaan pada hati nurani, maka dia akan menjadikan dirinya pribadi penuh kepalsuan. Kesetiaan menjadi landasan utama dalam memelihara rahmat Allah itu.
Ya, rahmat itu bernama keluarga!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...