Wujud Kedewasaan
Kedewasaan diindikasikan dengan adanya telinga yang mau mendengarkan.
SATU HARAPAN.COM – Dua orang berdialog serius di sebuah dangau. Dari perbincangan, tampaklah mereka saling mempertahankan pendapat masing-masing. Pokok percakapan adalah jatuhnya seekor sapi ke dalam jurang.
Orang pertama, bertubuh kurus dan berjenggot, mengatakan bahwa sapi itu jatuh karena jalan licin dan akhirnya mati. Orang kedua, bertubuh gendut dan klimis, ngotot mengatakan bahwa jalan yang dilewati sapi itu tidak licin dan sapi itu tidak mati, hanya pingsan. Keduanya bersikukuh pada pendapatnya.
Orang ketiga, yang sedari tadi diam, kemudian menjelaskan bahwa mereka berdua semua sama benarnya. Mengapa? Sebab saat yang pertama melihat, jalan memang sedang licin dan menurut keterangan beberapa yang hendak mengevakuasi, sapi itu sudah mati. Orang kedua yang datang lebih kemudian, menyaksikan pengangkatan sapi tersebut yang ternyata hanya pingsan. Dan jalan pun sudah keringi.
Perbedaan pendapat selalu menjadi pelatuk permusuhan. Ironisnya perbedaan itu biasanya disebabkan karena banyak hal berbeda, baik waktu dan tempat. Saat dua atau lebih pendapat berbeda, dan tidak ada satu pun yang mau mengalah dengan merendahkan hati untuk saling mendengarkan, maka permusuhan pun muncul.
Namun, jika mau saling mendengar dan mencoba mengerti, maka mereka akan menemukan kekayaan bersama karena masing-masing melihat sebuah objek yang sama dari sisi yang berbeda.
Nah, orang ketiga mampu menjadi penengah dan membentuk sebuah jembatan komunikasi. Jembatan komunikasi perlu dibangun demi kebaikan bersama. Dan itu hanya mungkin terjadi kala setiap orang yang berkonflik mau belajar menjadi lebih dewasa. Dan kedewasaan diindikasikan dengan adanya telinga yang mau mendengarkan.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...