Raja Spanyol Resmi Turun Takhta
MADRID, SATUHARAPAN.COM – Raja Spanyol Juan Carlos resmi turun takhta pada Rabu (18/6), setelah memerintah empat dekade, menyerahkan mahkota kepada putanya, Felipe VI.
Raja berusia 76 tahun tersebut menandatangani undang-undang parlemen untuk mengakhiri masa pemerintahannya, dengan menggunakan pulpen emas dalam sebuah upacara di Madrid, kemudian memeluk putranya yang akan disumpah pada Kamis, (19/6) pagi.
Dekapan antara raja dan pewaris takhtanya itu, menandai suksesi kerajaan pertama dalam sejarah Spanyol pasca-Franco.
Dibalut setelan biru dan dasi merah muda, Juan Carlos, yang menggunakan tongkat setelah menjalani operasi panggul, berdiri tanpa dibantu dalam sebagian upacara, namun sempat harus memegang lengan Felipe (46) untuk menopang tubuhnya.
Sebuah band mengumandangkan lagu kebangsaan, saat Felipe yang mengenakan setelan gelap, Putri Letizia yang mengenakan atasan hitam dan rok putih, serta Ratu Sofia, memberikan aplaus untuk sang raja.
PM Spanyol Mariano Rajoy mengatakan, Raja Spanyol mengundurkan diri “karena alasan pribadi”. Sejak beberapa bulan terakhir, Juan Carlos sering menjalani perawatan di rumah sakit.
Popularitas Carlos Menurun
Carlos yang bertakhta sejak November 1975 tersebut, turun karena ada alasan medis. Raja yang kini berusia 76 tahun itu memang sering sakit. Terdapat juga alasan kuat lain yang membuatnya harus rela melepaskan mahkota, yakni turunnya popularitas Carlos di mata masyarakat karena ada skandal dirinya dan keluarga.
Berdasar polling yang dirilis koran El Mundo Januari, popularitas Carlos turun 13 persen jika dibandingkan pada 2013. Jumlah masyarakat yang menginginkan Felipe menggantikan kedudukan Carlos justru meningkat 17 persen. Hal itu terjadi karena Felipe tidak terlibat dalam skandal korupsi keluarga.
Kasus lain yang tidak kalah memalukan justru dilakukan Carlos. Pada 2012 ia melakukan perjalanan ke Botswana ketika Spanyol mengalami krisis. Saat itu ia melakukan perjalanan mewah berburu gajah. Padahal, sebelumnya, ia menyatakan tidak bisa tidur karena memikirkan anak-anak muda di Spanyol yang menganggur.
Aksi pelesir tersebut sebenarnya tidak bakal terungkap publik jika ia tidak jatuh dan akhirnya mengalami patah tulang di pinggul sebelah kanan. Ia akhirnya diterbangkan karena harus dioperasi. Karena itu, ia terpaksa meminta maaf kepada publik.
Juan Carlos dipuji, karena memandu Spanyol menuju demokrasi setelah kematian diktator Francisco Franco, namun popularitasnya dirusak skandal dalam beberapa tahun terakhir. (Ant/ Rts/AFP/BBC)
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...