Raja Yordania Buka Suara Soal Perselisihan dengan Adik Tirinya
AMMAN, SATUHARAPAN.COM - Raja Yordania Abdullah, Rabu (7/4), untuk pertama kali menanggapi pertengkaran antara dia dan adik tirinya, Pangeran Hamzah, dalam pernyataan tertulis yang dibacakan di TV Yordania.
Raja mengaku “syok, sakit hati, dan marah” sehubungan pertengkaran publik yang belum pernah terjadi di mana Hamzah dituduh terlibat persekongkolan untuk memperlemah stabilitas negara itu.
“Saya berbicara hari ini sebagai keluarga dan anggota suku untuk menjamin kepada Anda bahwa hasutan sudah diredam,” kata Abdullah dalam pernyataannya.
“Tantangan dalam hari-hari terakhir ini bukan yang paling sulit atau paling berbahaya bagi stabilitas negara kita, tetapi paling menyakitkan karena mereka yang terlibat hasutan ini berasal dari rumah kita sendiri dan dari luar,” kata raja.
“Tidak ada yang lebih membuat saya merasa terguncang, sakit hati dan marah, sebagai kakak, kepala keluarga Hashemit, dan pemimpin rakyat yang saya cintai,” imbuhnya.
Ketegangan muncul ketika Hamzah mengatakan telah diperintah untuk diam di rumah dan berhenti berkomunikasi dengan orang-orang di luar negeri.
Ia bersumpah tidak akan mematuhi. Namun, pada Senin, setelah dimediasi, Hamzah menandatangani sebuah pernyataan yang mengatakan dirinya akan setia kepada raja.
Kantor berita Associated Press melaporkan tidak ada tanda-tanda bahwa penguasa telah membebaskan sampai 18 lainnya, termasuk beberapa mantan pejabat senior, yang ditangkap karena dituduh terlibat dalam persekongkolan.
Abdullah mengatakan, Hamzah kini “bersama keluarganya di istananya dan di bawah perawatan saya.” Ia menambahkan bahwa penyelidikan atas persekongkolan ini masih berlangsung.
Pemerintah Yordania, Selasa (6/4), mengeluarkan peraturan yang melarang media memberitakan insiden itu.
Penangkapan politik tingkat tinggi jarang terjadi di Yordania.
AS dan negara-negara Arab lainnya secara cepat menyuarakan dukungan bagi Abdullah.
Hamzah dan Abdullah adalah putra-putra dari Raja Hussein, yang memerintah Yordania sampai wafat pada 1999. Ketika Abdullah menjadi raja, ia mengangkat Hamzah sebagai putra mahkota, tetapi mencabut gelar itu lima tahun kemudian.
Associated Press melaporkan, Hamzah sebelumnya pernah menyatakan tentangannya pada pemerintah. Ia juga membangun aliansi dengan pimpinan suku yang penting, yang menurut beberapa kalangan, bisa menjadi ancaman bagi raja.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...