Ratusan Pemimpin Desak Obama Akui ISIS Lakukan Genosida Kristen
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Setahun setelah 21 orang Kristen dibantai oleh militan ISIS di Libya, para pemimpin Kristen dari berbagai denominasi di seluruh dunia memperingatinya dengan melancarkan desakan kepada pemerintah AS agar secara resmi mengakui tindakan itu sebagai genosida terhadap kaum Kristen Timur Tengah.
Hal itu sudah dilakukan oleh Uni Eropa beberapa bulan sebelumnya, tetapi pemerintah Obama menolak mengikutinya, sebagaimana dilaporkan oleh CBS News.
Salah satu di antara pemimpin Kristen yang turut menyerukan hal itu adalah Bishop Demetrios dari Mokissos, Kanselir Gereja Ortodoks Metropolis Yunani di Chicago. Ia menulis di harian The Wall Street Journal.
Menurut dia, dari tayangan video yang tersebar melalui media sosial, tampak bahwa para korban ditanya mengenai keyakinan mereka dan ketika mereka mengaku sebagai pengikut Yesus, mereka dipenggal.
"Jelas, genosida terhadap orang Kristen di Timur Tengah memenuhi (kondisi yang ditetapkan untuk intervensi internasional), namun hilang dalam kabut inersia diplomatik dan tindakan setengah-setengah militer," tulis Demetrios di The Wall Street Journal.
The Christian Post mencatat, dalam surat yang dikirimkan ke Presiden Barack Obama itu, lebih dari 100 organisasi dan individu, termasuk Hudson Institute, Ethics and Religious Liberty Commission, Family Research Council, serta berbagai kelompok Asyur dan Irak, mendesak pemerintah AS mendeklarasikan bahwa penganiayaan ISIS terhadap kalangan minoritas, termasuk Kristen, adalah genosida, dan bukan hanya atas kaum Yazidi.
"Ada suara yang sama dari para pemimpin politik dan agama, para intelektual genosida, ahli HAM, kalagan beriman dari Iran dan Asyur, kalangan Kristen dan Yazidi memberikan pengakuan tangan pertama bahwa penganiayaan yang dilakukan ISIS adalah genosida," demikian sebagian isi surat yang dikirimkan ke Obama.
Surat ini dikirimkan seminggu setelah Paus Fransiskus dan Patriakh Gereja Ortodoks Rusia, Kirill, mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa umat Kristen di beberapa negara dibasmi.
Sementara itu, Demetrios menambahkan bahwa kelambanan di masa lalu telah menyebabkan "penyesalan besar setelah kejahatan terhadap kemanusiaan dibiarkan berkembang tanpa intervensi. "
Banyak orang Amerika, tulis Demetrios, tidak menyadari genosida Kristen terjadi di Timur Tengah.
Terry Mattingly pekan ini juga menyuarakan hal serupa dalam tulisannya di GetReligion. Menurut dia, media arus utama sering meremehkan peran agama dalam konflik yang terjadi di Suriah.
Ia mencontohkan, pertemuan historis antara Paus Fransiskus dengan pemimpin Gereja Ortodoks Rusia di Kuba, pada 12 Februari juga menyoroti dan mengekspresikan keprihatinan atas penganiayaan yang dihadapi oleh kaum Kristen. Namun, kata Mattingly, liputan media tak cukup kuat menyuarakannya, karena lebih fokus pada sudut pandang politik.
Umat Kristen di wilayah yang dikendalikan ISIS jumlahnya ribuan yang telah dieksekusi," tulis Nina Shea, direktur Hudson Institute Center for Religious Freedom, di National Review pada bulan November lalu. Di antara kekejaman yang mereka alami, termasuk perbudakan seksual perempuan dan anak Kristen; pembunuhan pendeta Kristen dan penghancuran biara kuno. Juga pemaksaan untuk berpindah agama, penculikan dan eksekusi pemimpin Kristen.
Shea menyalahkan penolakan AS untuk mengkategorikan pelanggaran-pelanggaran itu sebagai genosida. Ia juga menegaskan bahwa jika Kemenlu AS mendeklarasikan kutukan terhadap ISIS atas genosida dan tidak memasukkan orang Kristen --seperti yang dirumorkan-- itu akan menjadi kuburan ketidakadilan.
Alasan lain pemerintah AS ragu-ragu untuk melindungi orang Kristen di Timur Tengah adalah karena tidak ingin memberikan perlakuan istimewa kepada salah satu agama, seperti dalam laporan News Deseret pada bulan Desember.
Menanggapi hal itu, Shea mengatakan bila AS tidak memberikan preferensial bantuan terhadap umat Kristen di sana, itu dapat berarti akhir dari Kekristenan di Timur Tengah.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...