Rehabilitasi Medis Berbasis Game Komputer
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM - Sejumlah rumah sakit di Sydney dan Adelaide saat ini tengah menyelenggarakan uji coba terbesar di dunia mengenai penggunaan teknologi game komputer untuk merehabilitasi penyintas stroke agar dapat pulih kembali.
Seperti dilansir radioaustralia.net.au, Senin (25/5), game komputer sedang digunakan untuk meningkatkan kemandirian pasien yang pulih dari stroke, cedera otak dan kondisi lainnya termasuk juga pasien yang harus menjalani amputasi.
Ruangan kedap suara di gedung Champions di RS Bankstown, Sydney menyediakan delapan peralatan yang merupakan bagian dari proyek uji coba selama 3 tahun senilai 1.3 juta dolar atau sekitar Rp 17 miliar milik Dewan Riset Kesehatan dan Medis Nasional Australia.
Studi ini dipimpin oleh Professor Cathie Sherrington dari Institut Kesehatan Global dan Universitas Sydney yang menjelaskan serangkaian teknologi saat ini tengah diujicobakan. "Ada banyak keragaman dalam serangkaian masalah yang dialami oleh pasien Stroke dan cedera otak,' katanya.
"Jadi tampaknya teknologi yang berbeda akan lebih cocok bagi masing-masing individu," katanya.
Sementara itu Dr Leanne Hassett, Fellow riset di George Institut mengatakan game ini juga melibatkan sejumlah game yang sukses di pasar komersial yang telah digunakan oleh Xbox dan Nintendo Wii.
"Ada juga sejumlah game yang kita kembangkan secara khusus untuk tujuan rehabilitasi yang serupa dengan misalnya jenis teknologi game exer-gaming. Dan kita juga meningkat pada system tile yang dikembangkan secara khusus untuk uji coba ini," katanya.
Dr Hassett mengatakan rehabilitasi merupakan tugas yang berat, namun pasien yang melakukan praktek lebih banyak, hasilnya akan semakin baik. "Rehabilitasi itu benar-benar sulit bagi pasien karena harus melakukan banyak latihan dan berusaha untuk tetap berdiri atau duduk atau melakukan beberapa pengulangan."
Namun program komputer termasuk FysioGaming telah membantu penyintas stroke untuk menguasai kembali sejumlah kemampuan fisik dasar.
Peneliti mengatakan game komputer berbasis sensor gerakan dapat membuat gentar pasien yang secara fisik tidak dapat melakukan gerakan didalam game tersebut.
Tapi berkat teknologi baru yang dikembangkan di Belanda, fisioterapis seperti Sakina Rashid-Chagpar memantau informasi penting dan real-time tentang bagaimana kinerja pasien dalam melakukan aktifitas yang harus mereka jalani dalam rehabilitasi.
"Kami dapat menyusun program bagi partisipan yang memberikan mereka masukan yang bermanfaat dan bernilai dan sebagai bonusnya mereka dapat bersenang-senang main game," katanya.
Ketika partisipan uji coba rehabilitas melakukan sejumlah gerakan seperti berjalan atau menggerakan tangan, di layar skor nilai muncul bentuk perhiasan atau sertifikat yang akan dapat mendorong pasien untuk melakukan latihan mereka yang juga secara akurat melacak kemajuan mereka.
Elaine Crocketts, 77 tahun, mengaku dirinya kesulitan menjalani rehabilitasi selama tiga pekan sejak menderita serangan stroke. "Ketika membalik badan - saya merasa pusing dan itu merupakan hal yang paling sulit untuk saya lakukan," tuturnya.
"Saya merasa rehabilitasi dengan game komputer ini sangat baik dan menarik, meskipun saya sudah lanjut usia dan tidak terbiasa dengan game komputer tapi saya menikmati rehabilitasi dengan teknologi ini," kataya.
Sejak September 2014 lalu ada 100 partisipan yang ikut serta dalam uji coba rehabilitasi dengan game komputer ini dan selama dua tahun ke depan akan ada 200 orang pasien baru lainnya yang akan ikut serta menjajal terapi baru ini. (radioaustralia.net.au)
Editor : Eben Ezer Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...