Ratusan pengungsi dan imigran menggunakan kapal penangkap ikan sebelum ditemukan Angkatan Laut Italia pada Juni 2014. (Foto: The Italian Coastguard/Massimo Sestini/UN)
Mohammed, 22 tahun , terluka pada Maret 2013 ketika rumahnya di Suriah dihancurkan oleh pemboman pemerintah. Pamannya tewas dan banyak keluarganya terluka dalam insiden yang sama. Dia sekarang tinggal sebagai pengungsi bersama istri dan anaknya di Tripoli, Lebanon. Awalnya, dia hanya kehilangan satu lengan, namun karena perawatan yang buruk lengan kedua terinfeksi dan harus diamputasi. Ia berharap untuk menerima suaka di Denmark sehingga dia dapat memiliki lengan prostetik. Selama tahun 2014, satu dari setiap lima pengungsi di seluruh dunia adalah orang Suriah. (Foto: UNHCR / I.Prickett)
Sebuah keluarga besar pencari suaka dari Afghanistan yang baru tiba di Pulau Lesvos, Yunani, menunggu polisi mendaftarkan mereka. Dari sini, mereka akan melanjutkan ke Athena. Puluhan tahun ketidakstabilan dan konflik di tempat-tempat seperti Afghanistan membuat jutaan orang meninggalkan negaranya dan semakin umum. Mereka terdampar selama bertahun-tahun menghadapi ketidakpastian. Negara sumber terbesar kedua pengungsi adalah Afghanistan. (Foto: UNHCR / G.Moutafis)
Nyakong, 22 tahun, bersembunyi di sebuah desa bersama keluarganya dan sapi mereka di dekat Nasir, Sudan Selatan selama berbulan-bulan akibat perang. Desa itu tidak aman, kemudian mereka bersama tiga anak pindah ke kamp Leitchuor di Ethiopia. "Kami telah bertahan hidup dengan hanya minum susu sapi," katanya. Dalam lima tahun terakhir, delapan konflik meletus di Afrika saja. (Foto: UNHCR / C.Tijerina)
Seorang muda Rohingya dari negara bagian Rakhine di Myanmar membersihkan jaring di Cox Bazaar, Bangladesh. Anak Rohingya belajar untuk bekerja di industri perikanan sejak usia muda untuk membantu mendukung keluarga, sering dengan mengorbankan pendidikan. (Foto: UNHCR / S.H.Omi)
Ratusan pengungsi berkumpul di Bandara Internasional M'poko Bangui di Republik Afrika Tengah. Dalam lima tahun terakhir, setidaknya 15 konflik meletus diseluruh dunia, delapan di Afrika: Pantai Gading, Republik Afrika Tengah, Libya, Mali, Nigeria, Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo dan, baru-baru ini, Burundi. (Foto: UNHCR / A.Greco)
Yurvi dan Tatiana berdiri di reruntuhan rumah mereka di Nikishino, Ukraina Timur. Rumah pasangan itu ditembaki selama pertempuran dan desa mereka benar-benar hancur. Pecahnya konflik di Ukraina menimbulkan dampak yang besar pengungsian pada 2014, 271.200 sekitar 99 persen mengungsi di Federasi Rusia. (Foto: UNHCR / A.McConnell)
Seorang ibu merawat anaknya yang sakit di kamp Mahad di Juba, Sudan Selatan. Di kamp itu ditamping 2.500 pengungsi internal, sebagian besar orang Murle dari Jonglei yang tiba pada bulan Februari dan Maret 2014. Konflik di Sudan Selatanmeletus pada bulan Desember 2013 telah membuat lebih dari 1,5 juta orang mengungsi di negeri sendiri. (UNHCR / A.McConnell)
Gowre dari Sinjar, tinggal di lantai tujuh sebuah blok apartemen yang belum selesai di di kota Daben, Dohuk, Irak, perumahan dengan lima bangunan diisi lebih dari 7.000 pengungsi Yazidi. Selama musim dingin, banyak orang tinggal di kerangka beton hanya terpal, kasur busa plastik dan selimut untuk melindungi mereka dari hujan dan suhu dingin. (Foto: UNHCR / D.Nahr)
Dominique (bukan nama sebenarnya) korban perkosaan oleh gerilyawan, duduk di ruang kecil di mana dia berlindung dengan keluarga angkatnya di desa Kanteba, Provinsi Katanga, Kongo. Konflik di Afrika membuat pemindahan paksa besar pada tahun 2014, pada skala hanya sedikit di bawah angka dari Timur Tengah. Dalam semua konflik, sub-Sahara Afrika memiliki 3,7 juta dan 11,4 juta orang pengungsi, 4,5 juta di antaranya baru mengungsi pada tahun 2014. (Foto: UNHCR / B.Sokol)
Anak-anak pengungsi Somalia belajar bahasa Inggris di sebuah sekolah dasar di kamp Kobe di dekat Dollo Ado, Ethiopia. Anak-anak di bawah usia 18 merupakan 52 persen dari populasi pengungsi pada tahun 2014, naik dari 41 persen dari tahun 2009 dan angka tertinggi dalam satu dekade. Somalia adalah negara sumber ketiga terbesar pengungsi. (Foto: UNHCR / J.Ose)
Pengungsi Angola, beberapa di antaranya telah tinggal di pengasingan di Republik Demokratik Kongo sampai 40 tahun, dalam perjalanan kembali ke tanah air mereka dengan kereta api dari Kinshasa. Selama 2014, 126.800 pengungsi kembali ke negara asal mereka. Angka ini adalah tingkat terendah dari hasil pengungsi sejak tahun 1983. (Foto: UNHCR / B.Sokol)