Ridwan Saidi: TNI Jangan Cari Popularitas
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Buidayawan Ridwan Saidi mengatakan bahwa semangat yang ada pada Tentara Nasional Indonesia (TNI) jangan digunakan untuk mencari popularitas.
“Jiwa semangat 45 yang ingin saya tekankan bagi TNI adalah tidak cari publikasi, walau sudah berjasa besar bagi bangsa dan negara ini. Dan seharusnya tidak ada motif ingin terkenal,” kata Ridwan Saidi pada acara Forum Silaturahmi KASAD Dengan Komponen, Senin (8/7) di Jakarta.
Ridwan Saidi dan Adhyaksa Dault yang hadir pada acara yang bertujuan untuk memperkokoh kesatuan bangsa itu juga memberi apresiasi berkaitan dengan sosialisasi Undang-undang No.34/2004 tentang Operasi Militer (OM) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang dilakukan TNI Angkatan Darat (AD). Juga dalam kesediaan untuk menggelar silaturrahim dengan masyarakat.
“Sekarang coba bayangkan tentang fenomena orang zaman sekarang, baru jadi politisi saja sudah bikin biografi," kata penulis buku Anak Betawi Diburu Intel Yahudi itu.
Ridwan mengatakan bahwa masyarakat kecil tidak terlalu memperhatikan tentang pemimpin, mereka hanya mengharapkan pemimpin Angkatan Darat agar selalu bersama rakyat. “Rakyat selalu punya pengharapan, tetapi rakyat harus siap dikecewakan. Karena masyarakat tidak perduli keadaan sosial politik dan pemimpinnya siapa, tetapi mereka hanya ingin negara ini aman,” ujar Ridwan.
Dalam kaitannya dengan Angkatan Darat dan OMSP, Ridwan menilai OMSP harus dipertahankan karena mencakup berbagai hal yang mudah dilihat masyarakat. “OMSP adalah yang harus dipegang dan dipertahankan, karena operasi militer selain perang ini mencakup tata perilaku dan norma-norma dari dunia militer yang mudah dipahami masyarakat. Karena OMSP inilah masyarat dapat melihat kerja nyata TNI AD," kata pria Betawi itu.
Sementara itu Adhyaksa Dault mengatakan bahwa sesuai dengan UU tentang OM dan OMSP, pola pikir TNI harus dikritisi lagi. "Saat ini, kita harus melihat sejarah, dan cara berpikir pemimpin kita dalam berpolitik. Cara berpikir TNI jangan hanya berpolitik, tetapi juga berpikir untuk pemberantasan kemiskinan," kata dia.
Ditanya tentang politisi dan negarawan, mantan Menpora itu mengatakan, “Politisi negarawan yakni dia yang mengorbankan dirinya bagi kemajuan bangsa, sementara politisi an sicht adalah politisi yang mengorbankan bangsa dan negara bagi keuntungan diri sendiri."
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...