RRT-Thailand Sepakati Kerja Sama Projek Nuklir
GUANGXI, SATUHARAPAN.COM – Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Thailand mencapai kesepakatan untuk bekerja sama pada sebuah projek tenaga nuklir yang menurut rencana akan didirikan di wilayah otonom Guangxi Zhuang, atau di wilayah selatan RRT.
Rum Herabat, Chief Executive Officer Ratchaburi Electricity, mengatakan projek tersebut didukung pemerintah Thailand. “Kami berharap kerjasama dengan RRT akan membantu Thailand dan mendapatkan pengalaman dalam pengembangan tenaga nuklir,” kata Herabat seperti pernyataan resmi perusahaan Tiongkok yang menjadi pemrakarsa perjanjian tersebut, China Nuclear Power Group (CGN) pada hari Kamis (24/12).
Dalam kerja sama tersebut melibatkan dua pihak yakni, Guangxi Investment Group Co Ltd, dan anak perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Otoritas Pembangkit Listrik Thailand, Ratchaburi Electricity Generating Holding Company.
Kerja sama RRT dan Thailand, Herabat menambahkan, akan meliputi pembiayaan bersama untuk mengembangkan, dan mengoperasikan pembangunan tahap kedua dari pembangkit listrik tenaga nuklir di Fangchenggang, RRT.
Sebelumnya RRT telah mengembangkan situs percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Hualong, RRT. Dalam situs percontohan tersebut reaktor nuklir didesain bersama-sama oleh CGN dan perusahaan RRT lainnya yang bergerak di bidang nuklr, China National Nuclear Corp (CNNC).
Projek ini juga akan berfungsi sebagai jembatan untuk teknologi tenaga nuklir RRT agar dapat memperluas pangsa pasar di Asia Tenggara.
Jika kita telah berbicara tenaga nuklir, maka satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah sumber uranium, menurut Kementerian Sumber Daya Mineral RRT, saat ini menjelaskan bahwa tambang uranium terbesar ada di daerah Daying, bagian tengah Daerah Otonom Mongolia, yang berbatasan dengan RRT.
Menurut pejabat Kementerian Sumber Daya Mineral Tiongkok, Cheng Liwei–seperti diberitakan China Daily–tambang uranium Daying merupakan deposito uranium pertama di RRT.
Cheng mengatakan, menurut peraturan perkembangan PLTN, tambang uranium tersebut mempunyai arti penting bagi strategi sumber daya uranium Tiongkok.
Xie Zhenhua, Wakil Khusus RRT pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim (COP21) menjelaskan pada hari Rabu (23/12) bahwa RRT akan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) guna memenuhi target 20 persen konsumsi energi non-fosil pada 2030. Di sisi lain, RRT mempertimbangkan keselamatan dan keamanan pembangunan PLTN tersebut.
Xie menambahkan RRT berkomitmen untuk memastikan peralatan, manajemen dan keamanan lokasi di daerah pesisir di mana kondisi memenuhi syarat, beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir yang sedang dibangun, dan teknologi yang sedang dimutakhirkan. (china.org.cn/xinhuanet.com).
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...