Rupa-rupa pencobaan
Ambil sari hikmahnya dari setiap pencobaan yang ada.
SATUHARAPAN.COM – Hidup itu banyak cobaannya; kalau banyak cucian itu tempat, laundry namanya. Kira-kira begitu nasihat ala kadarnya yang banyak dibagikan di media sosial. Nadanya bercanda, nyelelek, tak serius, gara-gara ending-nya dibuat seperti itu. Namun, justru kalimat depannya menjadi lebih kuat maknanya. Ya, terlepas dari banyaknya cucian, hidup ini penuh pencobaan.
Ada surat kuno yang ditulis seorang pemuda bernama Yakobus. Dalam tulisannya, ia menganjurkan setiap orang agar berbahagia ketika mendapat pencobaan. Logikanya, dengan adanya pencobaan, maka mau tak mau orang akan belajar bertahan, tekun menghadapinya. Ketekunan itulah yang dapat dipetik, yang berharga digunakan dalam masa-masa selanjutnya.
Ngomong-ngomong, menurut Ngana, pencobaan itu yang seperti apa?
Kalau dicari di KBBI, pencobaan itu masuk kata benda yang mengandung arti proses atau cara. Cara menguji sesuatu, proses menghadapi sesuatu. Agaknya definisi ini sejalan dengan pemikiran Yakobus tadi.
Masyarakat awam pun punya pendapat tentang pencobaan. Rata-rata mereka mengartikan pencobaan sebagai hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup. Bencana, musibah, penyakit, jatuh melarat, kena PHK, putus cinta, dan pelbagai kemalangan. Ada benarnya bahwa semua itu masuk kategori pencobaan.
Cuma, saya merasa pencobaan itu tidak melulu tentang hal-hal pedih. Ada lo, kategori pencobaan yang luar biasa nikmat. Contoh sepele, tanyakan pada seseorang yang sedang dalam program diet yang mendadak ditawari traktiran makan steik iga sapi dan es krim cokelat. Steik iga sapi dan es krim cokelat itu enak bingit. Tetapi, itu pencobaan.
Ingat frasa ”Harta, Takhta, Wanita”? Biasanya sih ini ditujukan kepada para pria yang sedang berada di puncak pencapaian karier. Tiga ”ta” itu salah-salah bisa menciderai karier dan bahkan menjungkirbalikkan kemapanan. Padahal tiga ”ta” ini kan hal-hal bagus.
Rupanya yang bagus pun juga pencobaan. Rupanya pencobaan bisa berujud apa saja. Iblis tak kurang sakti untuk mengubah wujudnya guna mencobai manusia. Untuk itu manusia juga harus punya kesaktian untuk menjaga diri agar lolos dari pencobaan yang disodorkan.
Sungguh prestasi gemilang kalau kita lolos dari pencobaan. Kita mendapat banyak pengalaman dan hikmat baru. Namun, tetaplah hati-hati. Jangan terlampau bangga lantaran lulus ujian. Salah-salah kita menyombongkan diri, dan itu lagi-lagi pencobaan. Rawan memang ya?
Dari setiap pencobaan, jangan biarkan ia lewat begitu saja. Ambil sari hikmahnya dan yang lebih penting, fondasi sikap rendah hati harus kuat. Stay humble mesti dipegang sebagai prinsip. Kalau kata Tio Pakusadewo, kala berperan sebagai Mahdi Jayasri dalam film Surat dari Praha, ”Harus mahal harga keyakinan itu. Kalau murah tak ada artinya. Semakin mahal, semakin berharga.”
Jadi mau yang mahal atau yang murahan? Selamat bergumul dengan pencobaan!
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Hamas: Syarat Baru Israel Menunda Kesepakatan Gencatan Senja...
JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Kelompok Hamas menuduh Israel pada hari Rabu (25/12) memberlakukan "...