Rupiah dan IHSG Minggu Pertama Mei Dibuka Menguat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (5/5) pagi, bergerak menguat sebesar 19 poin menjadi Rp 11.506 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.525 per dolar AS. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga dibuka naik 3,77 poin atau 0,08 persen menjadi 4.842,53.
“Rupiah menguat kembali karena masih mendapat sentimen dari data neraca perdagangan Indonesia periode Maret yang surplus serta April yang mencatatkan deflasi,” kata pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Senin.
Kendati demikian, menurut dia, kisaran rupiah cenderung sempit seiring dengan bank sentral AS (the Fed) yang kembali melanjutkan stimulus keuangannya.
“Aksi the Fed itu seiring dengan pertumbuhan ekonomi AS yang mulai meningkat sehingga pengurangan stimulus dapat berakhir pada bulan Desember 2014,” katanya.
Ia mengemukakan jumlah “payroll” Amerika Serikat pada April 2014 meningkat dan tingkat pengangguran AS yang turun dapat menahan penguatan nilai tukar rupiah lebih tinggi.
Kepala riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan, pernyataan Bank Dunia yang menanggapi positif terhadap pengelolaan risiko Indonesia masih menjadi pendorong mata uang rupiah terapresiasi.
“Pada pekan ini, diharapkan juga data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang akan diumumkan Senin ini dinilai positif oleh pelaku pasar keuangan sehingga dapat membuat rupiah mampu mempertahankan penguatannya,” kata dia.
IHSG Menguat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin dibuka naik 3,77 poin atau 0,08 persen menjadi 4.842,53. Sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 0,98 poin (0,12 persen) ke level 816,78.
Analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono di Jakarta, Senin mengatakan indeks BEI cenderung menguat terbatas menyusul data makro ekonomi seperti inflasi dan neraca perdagangan yang telah dipublikasikan pada akhir pekan lalu (2/5) tampaknya sudah diantisipasi pasar.
"Indeks BEI menguat terbatas, karena saat ini belum ada indikasi bagi bursa saham domestik untuk terus melanjutkan kenaikan," kata dia.
Dari eksternal, lanjut dia, data "payroll" AS menunjukkan kenaikan dalam skala tertinggi di dua tahun terakhir. Hanya saja sentimen positif itu dibatasi oleh meningkatnya tensi di Ukraina.
"Secara teknis, indeks BEI bergerak di kisaran 4.820-4.870 poin," katanya.
Head of Research Alfiansyah menambahkan ketegangan di Ukraina membuat investor global terganggu minat terhadap aset berisiko.
"Kondisi tersebut bisa memengaruhi pola pergerakan IHSG pada perdagangan saham pekan ini yang diperkirakan mixed, meski masih terbuka potensi untuk menguat," katanya.
Bursa regional, di antaranya indeks Hang Seng melemah 247,51 poin (1,11 persen) ke level 22.013,16, indeks Nikkei turun 27,62 poin (0,19 persen) ke level 14.457,51 dan Straits Times melemah 2,97 poin (0,09 persen) ke posisi 3.249,81. (Ant)
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...