Rupiah Selasa Sore Melemah Jadi Rp 12.266
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah 67 poin menjadi Rp 12.266 dibanding sebelumnya di posisi Rp 12.199 per dolar AS.
"Minimnya sentimen positif dari domestik kembali menekan mata uang rupiah terhadap dolar AS. Selama ini, fokus pelaku pasar uang masih ke kinerja neraca perdagangan Indonesia dan neraca transaksi berjalan," ujar Analis Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan permintaan mata uang dolar AS di dalam negeri juga masih cukup tinggi menyusul kebutuhan korporasi untuk membayar utang luar negeri yang jatuh tempo.
"Apalagi, pelaku pasar uang di dalam negeri juga cenderung senang memegang mata uang asing, salah satunya dolar AS" ucap dia.
Menurut dia, membaiknya ekonomi Amerika Serikat pada kuartal ketiga yang naik sebesar 4,1 persen atau lebih tinggi dari estimasi sebelumnya sebesar 3,6 persen, serta proyeksi lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap pertumbuhan AS yang lebih kuat pada tahun depan memicu kepercayaan investor untuk memegang dolar AS.
Apalagi, lanjut Ruly, akan dilaksanakannya pemangkasan stimulus keuangan bank sentral AS (the Fed) sebesar 10 miliar dolar AS menjadi 75 miliar dolar AS dapat membuat likuiditas mata uang AS semakin ketat.
"Meski demikian, fluktuasi rupiah masih stabil menyusul penjagaan Bank Indonesia di pasar uang domestik agar tidak tertekan lebih dalam," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa, tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp 12.215 dibanding sebelumnya (23/12) di posisi Rp 12.246 per dolar AS.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa ditutup naik sebesar 13,23 poin didorong saham-saham berkapitalisasi besar.
IHSG
IHSG BEI ditutup naik sebesar 13,23 poin atau 0,31 persen ke posisi 4.202,83, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 4,13 poin (0,59 persen) ke level 701,19, kata Analis MNC Securities Reza Nugraha di Jakarta, Selasa
Reza mengatakan para pelaku pasar cenderung melakukan pembelian selektif terhadap saham-saham berkapitalisasi besar sehingga mendorong indeks BEI melanjutkan penguatan.
"Saham-saham yang masuk kategori `blue chip` menopang indeks BEI meski pelaku pasar asing masih melakukan jual saham," ucapnya.
Dalam data perdagangan saham BEI, tercatat pelaku pasar asing mencatatkan jual bersih bersih (foreign net sell) pada transaksi hari ini (24/12) sekitar Rp12,243 triliun.
Ia memperkirakan bahwa sampai akhir tahun 2013 indeks BEI masih bergerak mendatar dengan kecenderungan menguat menuju level 4.270 poin.
Analis Riset PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya wijaya menambahkan, indeks BEI berhasil berada di area positif, hal itu menunjukkan bahwa potensi kenaikan IHSG masih memiliki ruang hingga penutupan di penghujung tahun 2013.
"Peluang indeks BEI menguat masih terbuka lebar ke level batas atas 4.314 poin," kata dia.
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 75.310 kali dengan volume mencapai 3,70 miliar lembar saham senilai Rp 2,65 triliun.
Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng melemah 257,99 poin (1,13 persen) ke level 23.179,55, indeks Nikkei-225 naik 18,91 poin (0,12 persen) ke level 15.889,33 dan Straits Times menguat 11,07 poin (0,36 persen) ke posisi 3.127,29. (Ant)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...