Rupiah Selasa Sore Menguat menjadi Rp 11.938
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mata uang rupiah pada Selasa sore menguat sebesar 38 poin menyusul ekspektasi pengurangan stimulus (tapering off) the Fed pada tahun 2014.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak menguat sebesar 38 poin menjadi Rp 11.938 dibanding posisi sebelumnya (9/12) Rp 11.976 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih bergerak mendatar namun dengan kecenderungan menguat menyusul ekspektasi beberapa pelaku pasar keuangan bahwa `tapering off` the Fed diperkirakan dilakukan pada tahun 2014," ujar analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Selasa.
Ia mengemukakan bahwa sebelumnya pasar memperkirakan pelaksanaan "tappering off" the Fed dilaksanakan pada Desember ini, namun karena tingkat pengangguran AS belum tercapai maka diproyeksikan pengurangan stimulusnya dilakukan pada tahun depan.
"Target the Fed terhadap angka pengangguran AS yakni sebesar 6,5 persen, sementara data terbaru mencatat tingkat pengangguran sekitar tujuh persen," ucapnya.
Ia menambahkan, Bank Indonesia juga masih melakukan intervensi di pasar uang domestik agar nilai tukar rupiah tetap stabil terhadap dolar AS.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah Indonesia juga telah menyiapkan kebijakan ekonomi kedua untuk menahan sentimen negatif global, pasar meyakini langkah pemerintah itu dapat membawa sentimen positif bagi pasar keuangan domestik.
Rully memproyeksikan bahwa pada pekan ini, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 11.600--Rp 12.100 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp 11.985 dibanding sebelumnya (9/12) di posisi Rp 11.956 per dolar AS.
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa melanjutkan penguatan sebesar 61,34 poin di tengah bursa saham Asia yang berada dalam area negatif.
IHSG BEI ditutup naik 61,34 poin atau 1,43 persen ke posisi 4.275,68 , sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) menguat 13,95 poin (1,95 persen) ke level 713,77.
Analis Trust Securities, Yusuf Nugraha di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa penguatan indeks BEI masih terbatas dikarenakan kondisi bursa Asia yang mayoritas berada dalam area negatif.
"Beberapa saham di bursa domestik menguat, namun masih tertahan dikarenakan kondisi bursa Asia belum mendukung, sehingga pelaku pasar cenderung menahan transaksinya lebih jauh," kata dia.
Ia menambahkan pelaku pasar saham domestik juga masih "wait and see" menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Kamis (12/12) mendatang.
"Pelaku pasar menanti apakah ada kebijakan dari BI untuk mengubah suku bunga acuan (BI rate)," ucapnya.
Ia memproyeksikan, indeks BEI akan bergerak di kisaran 4.200-4.300 poin pada Rabu (11/12).
Analis Sinarmas Sekuritas, Christandi Rheza Mihardja menambahkan di tengah kemungkinan The Fed mengurangi stimulus, IHSG mengalami kenaikan, berbeda dari tren-tren sebelumnya.
"Tampaknya, dengan data-data inflasi di China dan Amerika yang lebih rendah dari estimasi telah mengurangi kekhawatiran masyarakat dunia akan kemungkinan kenaikan suku bunga dalam jangka waktu dekat," kata dia.
Transaksi perdagangan saham di BEI tercatat sebanyak 145.590 kali dengan volume mencapai 6,02 miliar lembar saham senilai Rp 6,17 triliun.
Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng menguat 66,98 poin (0,28 persen) ke level 23.744,19, indeks Nikkei-225 turun 38,90 poin (0,25 persen) ke level 15.611,31 dan Straits Times melemah 31,92 poin (1,03 persen) ke posisi 3.081,72. (Ant)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...