Rupiah Senin Ditutup Rp 12.070
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mata uang rupiah pada Senin (16/12) sore menguat sebesar 36 poin terhadap dolar AS menyusul data inflasi Amerika Serikat yang di bawah ekspektasi pasar.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 36 poin menjadi Rp 12.070 dibanding posisi sebelumnya (13/12) Rp 12.106 per dolar AS.
"Laju inflasi AS yang di bawah ekspektasi menekan mata uangnya. Jika inflasi AS masih jauh dibawah target the Fed maka peluang `tapering` kemungkinan bisa diundur," ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Menurut dia, data inflasi yang belum sesuai dengan harapan bisa menjadi salah satu penghalang bagi the Fed untuk melakukan pengurangan stimulus keuangannya.
Meski demikian, lanjut dia, penguatan mata uang domestik masih dibayangi hasil keputusan rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Hasil itu akan memberikan jawaban mengenai kebijakan "tapering" yang selama ini menjadi pertanyaan pelaku pasar keuangan.
"Isu `tapering` sudah lama menjadi `market mover` harga instrumen keuangan global," kata dia.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan bahwa penguatan rupiah masih tertahan oleh data klaim pengangguran serta penjualan ritel dan konsumer AS yang baik sehingga memberikan gambaran perekonomian Amerika Serikat mulai kondusif.
"Kondisi itu diperkirakan dapat kembali membuat laju dolar AS terus beranjak naik," kata dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp12.105 dibanding sebelumnya (13/12) di posisi Rp12.081 per dolar AS.
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin dibuka kembali melemah sebesar 17,07 poin menyusul pelaku pasar yang sedang mengantisipasi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
IHSG BEI dibuka turun 17,07 poin atau 0,41 persen ke posisi 4.157,76, sedangkan indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 4,38 poin (0,63 persen) ke level 687,13.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa sentimen "tappering off" The Fed menjelang rapat FOMC pekan ini masih menjadi penghalang laju bursa saham domestik untuk dapat menguat.
"Pelaku pasar lebih memilih untuk menahan diri dengan kecenderungan mengampil posisi jual saham sehingga laju bursa saham masih di area negatif," katanya.
Ia menambahkan, meski berita aksi korporasi untuk 2014 mendatang cukup optimis terkait peningkatan dengan belanja modal (capex) untuk ekspansi, masih kurang mampu memberikan sentimen positif pada IHSG BEI.
"Laju IHSG semakin menunjukkan pelemahannya seiring maraknya aksi jual. Belum adanya tanda-tanda kebangkitan membuat IHSG terperangkap dalam negatif. Pada perdagangan Senin ini diperkirakan IHSG BEI akan berada pada level 4.150-4.215 poin," katanya.
Bursa regional, diantaranya indeks Hang Seng melemah 108,81 poin (0,47 persen) ke level 23.137,15, indeks Nikkei-225 turun 73,14 poin (0,47 persen) ke level 15.329,97 dan Straits Times melemah 5,29 poin (0,17 persen) ke posisi 3.060,73. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...