Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 12:37 WIB | Senin, 15 Juli 2013

Rusia Dilema Atas Suaka Snowden

Edward Snowden (tengah), bersama dengan para aktivis hak asasi manusia di bandara Sheremetyevo, Moskow, pada Jumat lalu (12/7). (foto: dw.de)

MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Profesor Emeritus, pakar Eropa Timur di Universitas Cologne, Gerhard Simon mengatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang menghadapi situasi "ambivalen" (dilema) dalam menghadapi permintaan suaka kembali Edward Snowden.

“Di satu sisi, Rusia saat ini menghadapi musuh nomor satu Amerika Serikat yang sedang mencari suaka di Rusia. Di sisi lainnya, tidak ada yang tahu yang akan dilakukan AS dalam jangka panjang," kata profesor yang menjadi rekanan Pusat Penelitian Rusia di Universitas Harvard, seperti dilansir dari situs dw.de.

Mantan intelijen Amerika Serikat (AS), Edward Snowden, kembali membuat gerah pemerintah AS setelah mengadakan pertemuan tertutup dengan perwakilan dari organisasi-organisasi hak asasi manusia (HAM), termasuk amnesti Internasional dan Human Rights Watch (HRW) Rusia, di Sheremetyevo, Moskow, pada Jumat (12/7) yang lalu.

Menurut seorang anggota parlemen Rusia, Vyacheslav Nikonov yang hadir dalam pertemuan itu, Snowden terlihat baik. "Edward Snowden itu tampak sangat marah, tapi secara keseluruhan tampak baik," kata Vyacheslav Nikonov. 

Selanjutnya, Nikonov mengingatkan Snowden agar menerima pilihan Putin. Jika Snowden ingin tinggal di Rusia, ia harus berhenti bertindak melawan kepentingan AS. "Jelas, Snowden berada dalam situasi yang sulit," kata Gerhard Simon menanggapi.

"Snowden tidak dapat melakukan perjalanan ke Amerika Latin karena paspor AS-nya telah dibekukan. Sekarang ia ingin mencoba untuk mendapatkan pijakan di Rusia," ujar Gerhard Simon.

Hubungan yang tegang

Selanjutnya, Hans-Henning Schröder, dari Institut Jerman untuk Urusan Internasional dan Keamanan (SWP), sepakat bahwa Snowden kemungkinan akan tetap di Rusia untuk sementara waktu.

Hans-Henning Schröder memperingatkan konsekuensi hubungan yang tegang antara Rusia dan Amerika Serikat, jika Rusia tetap menolak mengekstradisi Snowden. "Ini jelas kewajiban. AS telah meminta Rusia untuk mengekstradisi Snowden, tetapi permintaan itu ditolak Moskow,” katanya.

Sementara itu, Anke Domscheit-Berg, dari salah satu partai Jerman di Brandenburg, berpendapat bahwa suaka Snowden akan berdampak buruk pada demokrasi di Eropa. "Faktanya sekarang bahwa Snowden (akan) mengajukan kembali permohonan suaka di Rusia dan akan berdampak buruk pada demokrasi Eropa," katanya.

Anke Domscheit mengkritik negara-negara Uni Eropa, termasuk Jerman, yang telah menolak permintaan suaka Snowden. Dia menyarankan bahwa Snowden harus dibawa ke Jerman sebagai saksi kunci.

Reaksi Beragam di Rusia

Sementara itu, menurut penasihat Presiden Putin, Mikhail Fedotov, berkomentar skeptis kepada media massa Rusia bahwa Snowden tidak berperilaku secara konsisten.

“Ia, (Snowden) sebelumnya meminta suaka setelah pertama kali tiba di Moskow, tetapi kemudian menarik permintaannya. Namun, melalui ketua Duma (majelis parlemen di Rusia), Sergei Naryshkin telah meminta agar Snowden diberikan suaka pula,” ujar Mikhail Fedotov, yang menjabat sebagai Ketua Dewan Kepresidenan untuk Masyrakat Sipil dan HAM.

Para ahli meragukan bahwa Snowden berencana untuk menetap secara permanen di Rusia, mereka percaya bahwa dia kemungkinan akan pindah ke Venezuela, Bolivia atau Nikaragua, tiga negara yang selama ini menawari Snowden suaka.

Ketika ditanya apakah ia menyukainya di Rusia, Snowden dilaporkan hanya mengatakan, "Ini aman." Dalam beberapa Minggu mendatang, ia mungkin akan tinggal di Moskow.

Beberapa hari lalu, ada rumor di media Rusia bahwa Presiden AS, Barack Obama, akan membatalkan kunjungannya ke Rusia yang direncanakan pada bulan September, karena kasus Snowden.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home